“Saya kira enggak susah kalau itu ya [menepati batas defisit]. Artinya dengan program yang sudah ada boleh dikatakan terjamin bahwa defisit tidak akan melebihi 2,5% dari yang sudah dijanjikan,”
Selain itu, Soedrajad mengklaim bahwa kekhawatiran pasar atas kebijakan fiskal ke depan sebenarnya dipengaruhi dengan besarnya jatuh tempo utang pada tiga tahun mendatang. Sebab, menurut dia, para pelaku pasar sudah mulai berjaga-jaga apakah akan menjual surat utangnya saat ini atau pada waktu jatuh tempo.
“Yang ramai kan pelaku pasar, jadi orang-orang punya duit saja sih. Duit ini masih mengalir antara satu lembaga keuangan ke lembaga keuangan lain. Harapan saya jangan sampai turun ke sektor riil, itu menjadi efektif demand istilahnya itu akan meningkatkan inflasi, yang akan membikin susah semua orang,” tutup Soedrajad.
Sebagai informasi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan defisit anggaran APBN 2025 telah mempertimbangkan kebutuhan anggaran untuk program prioritas pemerintahan baru,
Bendahara Negara menegaskan APBN 2025 dirancang ekspansif, tapi tetap terarah dan terukur. Dalam kaitan itu, ia menyebut pemerintah akan menjaga rasio utang pada batas yang aman, yakni tetap memperhatikan unsur kehati-hatian.
“Pembiayaan akan dijaga dan dikelola melalui pembiayaan inovatif, prudent, dan sustainable melalui berbagai manajemen utang Indonesia yang terus di benchmark secara global agar menciptakan kepercayaan dan transparansi,” ucap Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR RI, Selasa (4/6/2024).
Seperti diketahui, Lembaga keuangan asing kembali menurunkan atau downgrade prospek bursa saham Indonesia. Usai Morgan Stanley, giliran HSBC Holdings Plc yang melakukan langkah serupa.
Dilansir dari Bloomberg, Rabu (26/6/2024), HSBC menurunkan rating bursa saham RI dari overweight menjadi neutral.
Salah satu pertimbangannya, emiten domestik diprediksi akan terpukul oleh depresiasi rupiah ditambah dengan suku bunga yang tinggi. Pada saat yang bersamaan, ketidakpastian kebijakan muncul imbas dari transisi pemerintah yang kedepan akan dipimpin oleh Prabowo Subianto.
Sebelumnya, Morgan Stanley menurunkan peringkat ekuitas Indonesia menjadi underweight. Penurunan peringkat ini lantaran lembaga keuangan tersebut melihat adanya risiko berinvestasi, terutama saham, di Indonesia.
Dilansir dari Bloomberg, Rabu (12/6/2024), tim strategi, termasuk Daniel Blake, melihat adanya ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa pelemahan di pasar valas di tengah-tengah suku bunga AS yang masih tinggi dan prospek dollar AS yang menguat.
“Janji-janji kampanye Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto - seperti proposal untuk penyediaan makan siang dan susu untuk siswa - juga dapat menimbulkan “beban fiskal yang substansial”.
(azr/lav)