Powell juga menyatakan, pasar tenaga kerja masih cukup kuat namun kondisinya telah mereda. Ia juga menyadari ada dua sisi risiko yang harus dikelola di mana pengetatan yang terlalu ekstrem bisa memicu lonjakan pengangguran yang mengarah pada resesi.
Gubernur The Fed Chicago Austan Goolsbee juga berkata hal yang senada. Ia bilang, "kita berada di jalur menuju inflasi 2%" dan "jika Anda mempertahankan suku bunga di tempatnya sementara inflasi turun, Anda sedang melakukan pengetatan - jadi Anda harus melakukan itu berdasarkan keputusan, bukan karena keteterpaksaan."
Pernyataan dua pejabat itu memberi indikasi bank sentral paling berpengaruh tersebut menegaskan jalur disinflasi sudah kembali dan saat ini tengah menimbang titik tengah agar pengetatan moneter tidak sampai memicu resesi. Jadi, bisa disimpulkan nadanya cukup dovish.
Omongan pejabat The Fed itu keluar bersamaan dengan rilis data JOLTS Opening yang melonjak secara tak terduga dari level terendah tiga tahun pada April. Meski melonjak, pasar sepertinya tidak terlalu khawatir bila melihat perincian data.
Jumlah lowongan kerja pada Mei naik jadi 8,1 juta pada Mei, masih di atas rata-rata sebelum pandemi 7,1 juta. Namun, rincian laporan mencatat, lowongan pekerjaan di sektor swasta hanya naik 42.000 lowongan pada Mei, setelah turun 384.000 pada April dan 497.000 pada Maret.
(rui)