Logo Bloomberg Technoz

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, dari sisi ekonomi, data terbaru semalam menunjukkan lowongan pekerjaan melonjak secara tidak terduga, mengganggu tren yang menggarisbawahi perlambatan tenaga kerja yang dilihat sebagai kunci untuk pelonggaran kebijakan The Fed.

Powell menyatakan telah terjadi langkah "Substansial" menuju keseimbangan yang lebih baik antara persediaan dan permintaan jumlah tenaga kerja. Dia menggambarkan pasar tenaga kerja relatif kuat, tetapi mengatakan kondisinya mulai mereda.

"Karena Ekonomi AS kuat dan pasar tenaga kerja relatif kuat, kami memiliki kemampuan untuk meluangkan waktu dan melakukan hal ini dengan benar," kata Powell dalam sebuah panel di Forum Bank Sentral Eropa tentang Perbankan Sentral di Sintra, Portugal. "Dan itulah yang kami rencanakan untuk dilakukan."

Bagi Krishna Guha di Evercore, komentar Powell sangat optimis tentang kemajuan inflasi –dan juga secara bertahap berhati-hati terhadap keseimbangan risiko dan lapangan kerja.

Data sebelumnya juga menjadi ketertarikan The Fed, yaitu angka penjualan rumah melambat, tunggakan kredit meningkat, dan Belanja Konsumen berkurang. Mencerminkan kebijakan The Fed yang ketat mulai berdampak.

Beberapa pejabat tinggi The Fed juga telah mulai mengangkat pasar tenaga kerja sebagai titik perhatian. Gubernur The Fed San Francisco Mary Daly mengatakan, pasar kerja mendekati titik perubahan, di mana perlambatan lebih lanjut dapat menyebabkan pengangguran yang lebih tinggi.

Inflasi AS (Dok: Bloomberg)

Nada Dovish juga diutarakan oleh Gubernur Federal Reserve Bank of Chicago, Austan Goolsbee, dia mengatakan pembuat kebijakan harus memangkas suku bunga acuan jika inflasi AS terus melambat, dan kembali ke target 2%.

Gubernur The Fed Chicago tersebut, berbicara pada Selasa di Bloomberg TV di Sintra, Portugal, mengatakan dia merasa "Kita berada di jalur menuju inflasi 2%" dan "Jika Anda mempertahankan suku bunga di tempatnya sementara inflasi melambat, Anda sedang melakukan pengetatan –Jadi Anda harus melakukan itu berdasarkan keputusan, bukan karena keterpaksaan."

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, mulai melambatnya laju inflasi menuju target inflasi 2% yang ditetapkan oleh Federal Reserve serta munculnya sejumlah indikasi perlambatan aktivitas ekonomi telah memberikan investor harapan bahwa Federal Reserve mungkin akan merubah arah kebijakan moneternya.

Menjelang rilis data pasar tenaga kerja AS minggu ini seperti ADP Employment Report, Weekly Jobless Claims dan yang paling penting tentunya Non-Farm Payrolls (NFP). 

“Para pengamat ekonomi memprediksi data NFP akan memperlihatkan ekonomi AS menambah 190.000 pekerja di Juni, turun dari penambahan 272,000 di bulan sebelumnya,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Selain dari data pasar tenaga kerja AS, investor juga akan menunggu rilis dokumen Fed Minutes atau naskah dari pertemuan kebijakan Federal Reserve pada Juni lalu untuk mencari petunjuk terkini mengenai kebijakan moneter setelah The Fed mengirim sinyal bahwa hanya akan ada satu kali pemangkasan suku bunga acuan tahun ini, berkurang dari estimasi sebelumnya yang sebanyak tiga kali. 

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,20% ke 7.125 dan disertai dengan munculnya volume penjualan. 

“Saat ini, posisi IHSG diperkirakan sudah berada di akhir wave (iii) dari wave [i] dari wave 1 dari wave (3), sehingga IHSG akan rawan terkoreksi membentuk wave (iv) ke rentang area 6.970-7.098,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (3/7/2024).

Herditya juga memberikan catatan, adapun area penguatan IHSG selanjutnya diperkirakan akan menguji 7.196-7.250. Dengan support, 6.945, dan 6.843.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ADRO, BRIS, BSDE, dan DSNG.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG diperkirakan kembali uji pivot level 7.100 di Rabu (3/7). Kondisi ini melanjutkan kecenderungan pullback pada perdagangan Selasa (1/7) pasca uji resistance area 7.130-7.150 di Senin (1/7).

“Powell menyatakan bahwa ada perkembangan positif pada inflasi di AS, tapi the Fed perlu “See More” sebelum memangkas suku bunga acuan. Konsistensi penurunan inflasi ke kisaran target The Fed di 2% menjadi syarat utama pemangkasan,” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi INTP, SMRA, ADMR, JSMR, dan INDF.

(fad)

No more pages