Logo Bloomberg Technoz

Begitu juga untuk seri PBS. Para investor meminta imbalan lebih tinggi. Untuk PBS032, misalnya, yield terendah hingga tertinggi yang diminta tercatat sebesar 6,95%-7,29%, dari sebelumnya 6,88%-7,16%.

Permintaan yield yang tinggi itu mengikut tren lonjakan bunga di pasar saat ini. Suku bunga IndONIA (Bank Indonesia Overnight Index Average Rate) tercatat makin mendaki ke level 6,153%, dua hari terakhir, menjadi level tertinggi sejak pertengahan Juni lalu.

Sementara Bank Indonesia, dalam lelang SRBI terakhir Jumat pekan lalu, kembali mengerek tingkat bunga hingga ke level tertinggi sejak April. SRBI-12 bulan dimenangkan oleh BI di level 7,52%. Sedangkan tenor 6 bulan dan 9 bulan masing-masing juga diberikan makin tinggi di 7,32% dan 7,44%.

Yield lebih tinggi

Tingginya permintaan yield oleh investor dalam lelang ini akhirnya membuat pemerintah memberikan imbalan yang lebih tinggi juga terutama untuk tenor lebih panjang. Sedangkan untuk tenor pendek seri SPNS, pemerintah memberi yield lebih rendah.

Seri SPNS-6 bulan, yield dimenangkan di 6,84%, lebih rendah dibanding lelang sebelumnya di 6,87%. Begitu juga SPNS-9 bulan di 6,92% dibanding sebelumnya di 6,94%.

Sedangkan untuk seri PBS032 yang jatuh tempo pada tahun 2026, yield dimenangkan di 6,99%, naik dibanding lelang sebelumnya 6,94%. Lalu seri PBS004 yang jatuh tempo tahun 2037, diberikan yield 6,99%, tidak berubah dibanding lelang sebelumnya. Sedangkan seri PBS038 yang jatuh tempo tahun 2049, yield dimenangkan di 7,18%, sedikit naik dibanding lelang sebelumnya 7,17%.

Sementara seri PBS030, tidak ada permintaan yang dimenangkan. Lalu untuk seri green PBSG001 diberikan yield 6,83%. Pada lelang 19 Juni, seri ini tidak ditawarkan.

Pemberian yield lebih tinggi berarti cost of fund yang lebih mahal harus ditanggung oleh pemerintah selaku penjual/penerbit surat utang.

Tidak heran bila dalam lelang hari ini, pemerintah akhirnya memutuskan hanya menyerap permintaan masuk di bawah target, yaitu hanya Rp7,18 triliun dari target indikatif Rp11 triliun. Nilai penyerapan lelang sukuk hari ini juga lebih kecil dibanding lelang sebelumnya yang sebesar Rp8,05%.

Distorsi kurva

Permintaan imbalan tinggi yang akhirnya memaksa pemerintah hanya menjual lebih sedikit surat utang seperti yang terlihat dalam lelang sukuk hari ini, lagi-lagi mencerminkan efek lanjutan dari apa yang terjadi di Thamrin, markas bank sentral.

Agresivitas Bank Indonesia memakai SRBI sebagai alat utama menarik dana asing masuk demi menyokong rupiah, melalui tawaran yield yang tinggi, telah mendistorsi kurva imbal hasil obligasi pemerintah dan pasar uang, menurut catatan Bahana Sekuritas.

"Itu secara efektif menguras likuiditas rupiah dari pasar saham, surat utang juga deposito perbankan," kata Satria Sambijantoro, Head of Research Bahana Sekuritas.

Masalahnya, eksperimen BI itu tidak serta merta ampuh dalam menarik dana segar dari pemodal global. Yang terlihat justru sekadar pergeseran dana asing saja yakni dari SBN ke SRBI. Indikasinya, kepemilikan asing di SRBI naik sekitar Rp77 triliun pada Mei di mana hal itu kemungkinan besar berasal dari peralihan (switching) dana asing dari SBN yang turun Rp52,7 triliun dari Januari-April tahun ini.

Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati juga mengakui pemerintah tidak agresif dalam menerbitkan SBN karena tingginya biaya bunga di pasar saat ini. 

Sampai akhir Mei lalu, pembiayaan anggaran melalui penarikan utang baru mencapai Rp132,2 triliun, turun 12,2% dibanding Mei 2023. Pembiayaan utang terutama bersumber dari penjualan SBN sebesar Rp141,6 triliun, turun 2% year-on-year dan setara 21,3% terhadap APBN.

Menkeu menjelaskan, penambahan utang melalui emisi SBN yang tidak agresif adalah karena kewaspadaan terhadap tren sektor keuangan global yang bergejolak dengan kecenderungan tingkat bunga tinggi dalam waktu lama. "Artinya, kami berhati-hati agar tidak terekspos terhadap lingkungan dan tren sektor keuangan global yang cenderung higher for longer dan pressure terhadap rupiah," kata Bendahara Negara itu.

(rui)

No more pages