Logo Bloomberg Technoz

Berebut Duit dengan BI, Biaya Utang Pemerintah Makin Mahal

Tim Riset Bloomberg Technoz
02 July 2024 16:50

Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang dilangsungkan sejak pagi hingga siang hari ini, Selasa (2/7/2024), mendapat animo yang cukup hangat dari pelaku pasar di tengah sentimen pasar global yang memicu lagi aksi jual surat utang di berbagai negara.

Incoming bids dalam lelang sukuk negara hari ini naik 10,2% menjadi Rp17,99 triliun dari lelang sebelumnya yang sebesar Rp16,33 triliun. Kenaikan animo itu sejalan dengan momentum beli yang masih bertahan di pasar sekunder sejak pekan lalu.

Namun, kenaikan imbal hasil di pasar keuangan domestik, salah satunya terpicu oleh lonjakan yield instrumen Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI), mendorong para peserta lelang meminta imbalan lebih tinggi.

Alhasil, pemerintah pun mau tidak mau harus memenangkan di tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dalam lelang hari ini dan menjual surat utang lebih sedikit, di bawah target indikatif. Pemberian yield yang lebih tinggi berarti biaya utang (cost of fund) yang harus ditanggung oleh pemerintah juga lebih mahal.

Tingkat permintaan yield dalam lelang sukuk negara hari ini mayoritas meningkat cukup tajam di hampir semua tenor. Sebagai contoh, untuk seri bertenor pendek SPNS-6M dan SPNS-9M masing-masing mencatat permintaan imbal hasil sebesar 6,79%-6,88% dan 6,87%-6,95%. Rentang itu lebih tinggi dibanding lelang sukuk sebelumnya yaitu 6,70%-6,85% dan 6,80%-6,98%.