Logo Bloomberg Technoz

Daya Beli Lesu, Pemerintah Didesak Tak Pangkas Subsidi Energi

Azura Yumna Ramadani Purnama
02 July 2024 13:30

Bahan bakar minyak (BBM)./Bloomberg-David Paul Morris
Bahan bakar minyak (BBM)./Bloomberg-David Paul Morris

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ekonom mendesak pemerintah untuk tidak memangkas subsidi energi di tengah pelemahan daya beli masyarakat yang terjadi saat ini. Sebab, kebijakan kontraproduktif yang justru semakin menekan daya beli masyarakat dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal menjelaskan bahwa pelemahan daya beli tercermin dengan rendahnya inflasi inti pada Juni 2024 yang sebesar 1,91% (year on year/yoy).

Dengan begitu, ia menilai pemerintah perlu menjaga subsidi energi agar tidak terjadi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), LPG, dan tarif listrik, sehingga tidak memperburuk pelemahan permintaan yang terjadi.

“Terutama ketika inflasi pangan mereda, inflasi harga-harga yang diatur pemerintah harus dijaga jangan sampai naik. Kalau itu terjadi daya beli akan semakin tertekan, pertumbuhan ekonomi semakin melambat dan kesenjangan semakin melebar,” kata Faisal kepada Bloomberg Technoz, Selasa (2/7/2024).

Dia menjelaskan bahwa komponen pembentuk inflasi yang belakangan ini mendorong tingginya inflasi yakni inflasi harga bergejolak atau inflasi pangan sudah mereda. Hal ini, disebabkan oleh mulai masuknya musim panen dan berakhirnya fenomena el nino.