Laporan Korut mengenai uji coba rudal tersebut kemungkinan besar adalah "tipuan" karena salah satu dari dua rudal tersebut terbang secara tidak normal dan terlihat muncul di sebuah lapangan yang tidak jauh dari Pyongyang. Demikian ungkap juru bicara Kepala Staf Gabungan (JCS) di Seoul, Kolonel Lee Sung-jun, dalam sebuah konferensi pers.
"Melakukan uji coba tembakan ke daratan sangat jarang terjadi dan sangat mungkin salah jika mengklaim bahwa hal itu berhasil," kata Lee.
Militer Korsel melakukan latihan artileri pada jarak lima kilometer (tiga mil) dari Garis Demarkasi Militer di dalam Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua Korea pada Selasa pagi, kata seorang pejabat militer dalam pengarahannya.
Dimulainya kembali latihan tembak-menembak di dekat perbatasan terjadi setelah penangguhan pakta militer yang ditandatangani dengan Pyongyang setelah Korut meluncurkan ratusan balon yang terbawa angin melintasi perbatasan dan menjatuhkan sampah di seluruh Korsel.
Badan Administrasi Rudal Korut akan melakukan peluncuran rudal jenis yang sama pada Juli untuk menguji "daya ledak" hulu ledak superbesar. Demikian pernyataan KCNA dalam sebuah pengungkapan yang jarang terjadi tentang rencana peluncuran rudal di masa depan.
Hwasongpho-11 atau Hwasong-11 adalah serangkaian rudal balistik jarak pendek (SRBM) yang dikembangkan oleh Korut yang dikenal sebagai KN-23 dan KN-24.
Militer Korsel mengatakan bahwa rudal pertama dari dua rudal yang diluncurkan oleh Korut tampaknya adalah KN-23 yang terbang sekitar 600 km (373 mil).
KN-23 kemungkinan adalah rudal yang dipasok Korut ke Rusia dan digunakan dalam perang melawan Ukraina, menurut pihak berwenang Ukraina yang memeriksa puing-puing rudal yang diluncurkan Rusia sejak Desember.
Korut dan Rusia menyangkal adanya perdagangan senjata. Namun, hubungan mereka telah berkembang pesat sejak kedua pemimpin negara bertemu pada September di Rusia dan menjanjikan kerja sama militer yang lebih erat.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu lagi di Pyongyang pada Juni dan menandatangani pakta Kemitraan Strategis Komprehensif yang mencakup perjanjian pertahanan bersama.
Para pejabat Korsel mengatakan bahwa peluncuran rudal balistik jarak pendek Korut baru-baru ini mungkin dimaksudkan untuk menunjukkan produknya kepada para pembeli potensial.
Rudal kedua yang diluncurkan pada Senin terbang sekitar 120 km, kata militer Korsel. Mengingat lintasan dan lokasi peluncuran yang dekat dengan pantai barat, rudal tersebut kemungkinan besar jatuh di pedalaman Korut.
Korut telah berlomba untuk mengembangkan berbagai rudal balistik dalam beberapa tahun terakhir, yang dinamai dengan pengenal Hwasong, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM). Hwasong adalah bahasa Korea untuk Mars.
KCNA melaporkan bahwa Komite Sentral Partai Pekerja yang berkuasa di Korut telah mengakhiri pertemuan kebijakan selama empat hari yang dipimpin oleh pemimpinnya, Kim.
Laporan tersebut mengatakan bahwa Kim menyoroti kemajuan yang dicapai di sektor industri dan pertanian pada paruh pertama tahun ini dan mempresentasikan tujuan dan strategi untuk paruh kedua.
Berbeda dengan laporan yang biasanya melaporkan pernyataan berapi-api tentang pengembangan senjata dan perjuangan anti-Amerika Serikat pada pertemuan serupa, KCNA tidak banyak menyinggung tentang diskusi tentang pertahanan atau kebijakan luar negeri, dan hanya mengatakan bahwa Kim memberikan arahan untuk angkatan bersenjatanya.
(red/ros)