Logo Bloomberg Technoz

Dalam risetnya Mikael menyebut, INCO berhasil menyelesaikan divestasi besar dengan menjual saham kepada MIND ID dan menerbitkan saham baru melalui pengalihan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).

Seperti yang diwartakan sebelumnya, BUMN Holding Industri Pertambangan, PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID mengumumkan penyelesaian divestasi 14% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dari Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM).

Alhasil, ini membuat MIND ID resmi menjadi pemegang saham mayoritas di PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan porsi saham yang meningkat dari sebelumnya 20% menjadi 34%. 

Sementara itu, kepemilikan VCL berkurang dari sebelumnya 44,4% menjadi 33,9%, dan juga kepemilikan SMM berkurang dari sebelumnya di 15% menjadi 11,5%.

Adapun pembelian oleh MIND ID atas sebagian saham lama milik VCL, SMM, dan Vale Japan Limited di PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dilangsungkan melalui pasar negosiasi di Bursa Efek Indonesia.

Mikael menjelaskan, divestasi ini menghasilkan penerbitan 603,4 juta saham baru, dengan dana yang sebagian besar dialokasikan untuk pengembangan tambang Pomalaa dan segala infrastrukturnya.

Selain itu, INCO juga telah mendapatkan perpanjangan izin operasinya hingga 28 Desember 2035, melalui penerbitan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang diterima pada 13 Mei 2024. Izin ini memungkinkan perpanjangan lebih lanjut selama 10 tahun sesuai dengan peraturan yang berlaku, dengan mempertahankan area konsesi yang ada.

Menelisik lebih jauh, MIND ID juga akan terus berkolaborasi dengan VCL dan para pemangku kepentingan lainnya dalam mengembangkan INCO. 

Prospek saham INCO sebenarnya menjadi lebih menarik usai kesepakatan ini terjadi. Mencermati yang memastikan MIND ID bakal terus melanjutkan berbagai proyek penghiliran nikel INCO usai divestasi 14% saham ke Holding Perusahaan pertambangan Indonesia.

Proyek-proyek baru INCO berhasil berjalan dengan amat baik dan potensi penambahan cadangan, berdasarkan riset KB Valbury Sekuritas memaparkan, pada Maret 2024, proyek Morowali telah mencapai 34% penyelesaian, Bahodopi berada pada tahap awal dengan 6% penyelesaian, dan Sorowako sedang menunggu persetujuan internal untuk keputusan investasi final (Final Investment Decision/FID).

Secara signifikan cadangan INCO meningkat tajam pada tutup tahun 2023. Perusahaan mengantisipasi potensi penambahan cadangan limonit dari tambang Bahodopi dan Sorowako di masa depan, dari kegiatan eksplorasi yang sedang berlangsung.

“Laba bersih INCO dapat mencapai US$298 juta pada tahun 2027 karena dimulainya operasi tambang Bahodopi dan Pomalaa. (sebagai catatan, proyeksi kami tidak termasuk pendapatan dari JV di smelter dan tambang Sorowako),” tulis Mikael.

“Kami menyukai INCO karena, 1) Kemajuan substansial yang dibuat dalam memajukan proyek-proyek masa depannya; dan 2) Posisi keuangan yang kuat, ini memastikan pendanaan yang memadai untuk proyek-proyek yang akan datang,” jelas Mikael dalam riset yang diterbitkan.

Namun demikian, sebagai catatan, masih ada risiko terhadap rekomendasi tersebut, termasuk ke pada harga nikel yang lebih rendah, serta pendapatan yang lebih rendah dari proyek-proyek masa depan dibandingkan yang diharapkan sebelumnya.

Senada, konsensus analis Bloomberg kompak memasang sikap Bullish untuk saham INCO. 

Sebanyak 16 analis merekomendasikan Buy/ Beli saham INCO. Kemudian 12 analis merekomendasikan Hold, dan hanya ada satu analis merekomendasikan Sell.

Konsensus menghasilkan target harga saham INCO dapat mencapai Rp4.820/saham untuk 12 bulan ke depan.

Aurelia Amanda Barus, Analis BNI Sekuritas memberikan rekomendasi Buy pada saham INCO dengan target harga Rp5.400/saham. Sedang, Ryan Winipta, analis Indo Premier Sekuritas memberikan rekomendasi Buy dengan target harga dapat mencapai Rp5.767/saham.

(fad)

No more pages