Ketimpangan & Kemiskinan Turun, Tapi Indonesia Tak Baik-baik Saja
Ruisa Khoiriyah
02 July 2024 13:35
Bloomberg Technoz, Jakarta - Angka kemiskinan dan ketimpangan sosial di Indonesia dilaporkan turun oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Namun, gelagat vibecession, yakni ketika persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi bertolak belakang dengan data ekonomi yang tersedia, terlihat semakin kuat akhir-akhir ini.
Data deflasi dalam dua bulan berturut-turut seolah menyalakan alarm tentang kondisi terkini perekonomian masyarakat kebanyakan yang ditengarai tengah mengalami tekanan daya beli. Badai PHK di tengah pabrik-pabrik tekstil yang bertumbangan, ketika nilai tukar rupiah makin terpuruk ke level terlemah sejak April 2020, ditambah tren penurunan pendapatan negara akibat setoran pajak korporasi yang makin kempis, menjelma menjadi kesenduan baru yang makin mengerem gairah belanja masyarakat.
Dalam laporan yang dirilis kemarin, Senin (1/7/2024), BPS mengumumkan, rasio gini yang menjadi ukuran ketimpangan ekonomi di Indonesia kian menyempit ke level terendah sejak perekonomian berupaya bangkit pascapandemi. Rasio Gini Indonesia saat ini turun ke level 0,379 dari tahun lalu sebesar 0,388.
Semakin rendah angkanya mendekati nol, berarti ketimpangan semakin rendah, begitu juga sebaliknya.
Pada saat yang sama, angka kemiskinan juga turun. BPS melaporkan, tingkat kemiskinan per Maret 2024, sebesar 9,03% atau setara 25,22 juta orang. Angka itu turun 0,33 poin persentase dibanding tahun lalu atau terjadi penurunan jumlah orang miskin sebanyak 680.000 orang.