Kim menjabarkan bahwa sektor industri penting seperti metal, kimia dan tenaga listrik, berhasil mencapai target bulanan tanpa ada gangguan besar dan negara itu akan memiliki 20 basis produksi baru pada akhir tahun ini.
Namun, Kim Jong Un tidak menjelaskan konteks dan besaran sektor-sektor tersebut.
Ekonomi Korea Utara, menurut perkiraan bank sentral Korea Selatan bernilai sekitar US$24,5 miliar pada 2022, turun akibat sanksi global karena Pyongyang terus melanjutkan upaya membuat senjata nuklir.
Selain itu, ekonomi melesu karena keputusan Kim menutup perbatasan di awal pandemi Covid yang menghentikan sektor perdagangan negara itu yang memang bernilai kecil.
Namun, setelah Rusia menginvasi Ukraina lebih dari dua tahun lalu, Amerika Serikat dan beberapa sekutunya menuduh Kim mengirim jutaan peluru dan sejumlah rudal balistik untuk membantu Presiden Vladimir Putin.
Seoul dan Washington mengatakan sebagai imbalan, Putin memberi komoditas dan pangan kepada Kim agar ekonomi Korea Utara stabil dan juga kemungkinan transfer teknologi untuk meningkatkan ancaman militernya di wilayah.
Bantuan ini bisa menjadi pemicu kebangkitan ekonomi terbesar sejak Kim Jong Un berkuasa di Korea Utara 12 tahun lalu.
Media pemerintah Korea Utara mengatakan bahwa peluncuran rudal pada Senin (01/07/2024) meliputi satu rudal balistik taktis yang bisa membawa hulu ledak kelas besar seberat 4,5 ton.
Militer Korea Selatan mengatakan salah satu rudal itu kemungkinan mengalami masalah ketika di udara karena tiba-tiba hilang dari radar setelah terbang sepanjang 120 km.
"Rudal kedua yang memperlihatkan penerbangan tak normal tampaknya mendarat di lokasi tak berpenduduk," kata Lee Sung jun, jubir panglima militer Korea Selatan, dalam jumpa pers rutin di Seoul, Selasa (2/7/2024).
"Uji coba di daratan sangat jarang, jadi jika disebut sukses kemungkinan besar itu adalah bohong," tambah Lee
Korea Utara beberapa kali membuat klaim yang diragukan terkait uji coba senjata buatannya.
Hulu ledak itu ditembakkan dari rudal Hwasong-11, rudal balistik jarak pendek yang menurut Ukraina dan Washington dipasok ke tentara Rusia.
Pyongyang dan Moskow membantah tuduhan pengiriman senjata itu meski ada bukti yang menyatakan hal itu terjadi.
Kim melakukan sejumlah uji coba senjata berupa rudal balistik jarak pendek sejak pulang dari Rusia pada September lalu.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Wonsik mengatakan uji coba itu bisa jadi merupakan aksi pamer agar pemimpin Rusia itu membelinya.
Bulan lalu, untuk kali pertama dalam 24 tahun Putin berkunjung ke Korea Utara dan Kim menyatakan dukungan penuh pada aksi militer Rusia di Ukraina.
Kedua pemimpin juga menandatangani kesepakatan untuk saling membantu jika salah satu dari mereka diserang.
(bbn)