Logo Bloomberg Technoz

“Jadi jangan sampai karena bahan makanan naik masyarakat fokus beli makanan sementara pembelian barang elektronik, peralatan rumah tangga, bahan otomotif, suku cadang, kendaraan bermotor atau barang sekunder dan tersier itu justru di rem belanjanya,” tutur Bhima.

Selain itu, Bhima menilai bahwa deflasi yang terjadi pada bulan Juni masih dipengaruhi oleh pemberian subsidi pada Bahan Bakar Minyak (BBM), LPG, dan tarif listrik.

Ia menyebut, komoditas energi tersebut sebenarnya sangat terdampak atas pelemahan rupiah, namun pemerintah masih menahan harga komoditas energi tersebut. Sehingga apabila subsidi dikurangi dan harga tiga produk tersebut dinaikkan maka inflasi akan meningkat secara drastis.

“Ini disebut sementara, karena begitu pemerintah nanti menyesuaikan harga BBM subsidi-non subsidi, LPG, tarif listrik juga, imbasnya akan ada inflasi yang cukup tinggi. Jadi ini semata-mata pemerintah masih menahan komponen harga diatur pemerintah salah satunya harga energi,” tutup Bhima.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi 0,08% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Juni 2024. Di luar ekspektasi pasar, deflasi ini lebih tinggi dibanding Mei yang deflasi 0,03%, dan menjadi deflasi kedua tahun ini.

Secara tahunan, Indeks Harga Konsumen (IHK) umum turun menjadi 2,51% year-on-year (yoy) pada Juni 2024 dari 2,84% yoy pada Mei 2024. Inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) untuk semester pertama tahun 2024 tercatat 1,07%, lebih rendah dari inflasi ytd 1,37% yang tercatat pada semester pertama 2023.

(azr/lav)

No more pages