Berikut 10 saham paling merugi (top losers) sepanjang perdagangan Semester I-2024:
Data riset Bloomberg Technoz menunjukkan saham transportasi, yakni PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) menempati posisi pertama dengan total kejatuhan sepanjang Semester I-2024 mencapai 98% ke posisi Rp1/saham.
Adapun tekanan yang mempengaruhi pergerakan saham TAXI adalah kabar dari kinerja laporan keuangannya yang terus menerus menderita kerugian.
Berdasarkan keterbukaan informasi melalui laporan keuangan tahunan, Express Transindo Utama masih mencatat total rugi bersih mencapai Rp4 miliar pada tahun 2023, dan juga pada sebelumnya di 2022 mencetak rugi sejumlah Rp14 miliar.
Senada dengan rugi yang jumbo tersebut, jumlah aset TAXI juga menyusut pada 2023, tersisa Rp68,8 miliar, padahal setahun sebelumnya aset TAXI mencapai Rp73 miliar.
Adapun sebelumnya manajemen menerbitkan Surat Kondisi Perusahaan pada September 2023 yang lalu, tertulis Perusahaan terancam gulung tikar jika kondisi keuangan terus merugi. Diketahui Perusahaan terus mengalami kerugian sejak 2018 di mana pada tahun tersebut rugi bersih mencapai Rp836,8 miliar.
"TAXI Express akan mati di tahun 2024/2025 dengan kondisi terkini dan jika tetap dikelola seperti saat ini, TAXI tidak akan bertahan sebagai Perusahaan. Bisnis yang dijalankan tidak akan bisa mendukung keberlanjutan dan RUPS 2023 belum mencapai Kuorum," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi tertanggal 21 September 2023 lalu.
Dalam keterbukaan lainnya, Perusahaan dan/atau Emiten TAXI tidak memiliki Pemegang Saham Pengendali. Adapun pemegang saham TAXI 100% dimiliki oleh individu/masyarakat.
Selanjutnya di posisi kedua ditempati oleh PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE) yang ambles 94% pada Semester I-2024. Posisinya kini menetap pada harga Rp3/saham. Menariknya, saham TELE sudah tertidur di zona saham ‘gocap’ sejak 2022 silam di harga Rp50/saham.
Tekanan untuk saham TELE yang bergerak di bidang ritel dan distribusi produk perangkat telekomunikasi ini berawal dari masa suspensi pada 2022 sampai dengan 2023 oleh Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Bursa Nomor I-I tentang penghapusan pencatatan (Delisting) dan pencatatan kembali (Relisting) saham, otoritas dapat menghapus saham perusahaan tercatat apabila mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha, baik secara finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status sebagai Perusahaan Terbuka, dan Perusahaan tercatat tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.
Hal negatif tersebut juga dikonfirmasi oleh kinerja laporan keuangan yang mencatat lonjakan Defisiensi Modal mencapai angka Rp4,69 triliun. Tercatat juga Defisit Rp6,45 triliun, menanjak dari 2022 sebelumnya. Imbas rugi yang terus berlanjut dari tahun ke tahun, pada tahun 2023 sendiri TELE menderita kerugian mencapai Rp89,31 miliar, berlanjut angka rugi dari 2022 kala itu menyentuh Rp330,6 miliar.
Pada kesempatan yang sama, berikut 10 saham paling menguntungkan (top gainers) pada perdagangan Semester I-2024.
Posisi pertama ditempati oleh saham PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) atau yang dikenal sebagai Mayapada Healthcare Group yang harga sahamnya melesat 663% ke posisi Rp2.290/saham.
SRAJ merupakan Perusahaan yang mengoperasikan enam rumah sakit yang terletak di posisi strategis Jakarta, Tangerang, Bogor, Bandung, dan juga Surabaya. Dengan total mencapai 1.120 tempat tidur.
Melesatnya harga saham SRAJ linear dengan prospek bisnis dan kinerja historisnya, tercatat dalam performa kinerja 2 tahun terbaru SRAJ mencatatkan kinerja yang amat baik, tercermin dari nilai pendapatan Perusahaan selalu dan terus meningkat.
Bersamaan dengan itu, SRAJ gencar melakukan ekspansi baik sudah, dan yang akan dilakukan, termasuk melalui penambahan unit Mayapada Hospital maupun ekspansi sinergi dengan berbagai mitra internasional maupun nasional swasta dan Pemerintah demi meningkatkan kualitas layanan-layanan unggulan yang dimiliki.
(fad/aji)