Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintah menggelar lelang rutin Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara pada pagi hingga siang hari nanti, Selasa (2/7/2024). Lelang akan dilangsungkan di tengah sentimen pasar global yang tengah berbalik bearish akibat ketidakpastian baru perpolitikan di Amerika Serikat (AS) dan Zona Euro.

Lelang menargetkan perolehan indikatif Rp11 triliun, menawarkan dua seri tenor pendek SPNS (Surat Perbendaharaan Negara Syariah) dan lima seri PBS (Project Based Sukuk). 

Lelang diperkirakan masih akan mendapatkan sambutan lebih baik dari pasar dibandingkan lelang sukuk sebelumnya, menyusul sentimen dalam negeri yang masih optimistis pasca ketidakpastian prospek fiskal pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto, termoderasi. 

Namun, sentimen pasar global mungkin akan membuat para pelaku pasar lebih waspada. Lanskap pasar saat ini tengah diselimuti sentimen negatif.

Dinamika perpolitikan di Prancis, negara dengan ukuran ekonomi kedua terbesar di Uni Eropa setelah Jerman, menjadi perhatian pasar setelah partai sayap ultra nasionalis Le Pen memenangkan pemilihan umum pertama. Kemenangan sayap ultra kanan itu memicu kecemasan kebijakan ke depan Eropa akan semakin proteksions. 

Sementara di Amerika, penolakan Joe Biden, Presiden AS, yang kembali maju dalam pemilihan presiden 2024, untuk mundur dari kontestasi, mendorong pasar mengantisipasi kemenangan Donald Trump dalam Pemilu November nanti. 

Dua isu itu telah memicu aksi jual di pasar surat utang Eropa dan Amerika. Tadi malam, yield US Treasury, naik tajam di semua kurva di mana tenor 10Y kembali menyentuh ke 4,459%. Investor juga melepas obligasi Jerman bund menggarisbawahi sentimen bearish pasar.

"Sentimen negatif pasar global itu memicu aksi jual di pasar emerging market tadi malam di mana indeks EMBI turun 0,70% sehingga itu akan mengerek yield INDOGB [surat utang RI dalam denominasi rupiah] naik ke 7,10%-7,15%," tulis Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Prayadi dan Analyst Nanda Rahmawati, dalam catatannya pagi ini.

Pada pembukaan pasar surat berharga negara (SBN) pagi ini, beberapa kurva menunjukkan penurunan imbal hasil seperti SBN-1Y dan 2Y, sementara tenor menengah dan panjang terlihat mencatat kenaikan imbal hasil. SBN 5Y pagi ini tercatat di 6,989% dan tenor 10Y ada di 7,098%.

Namun, kendati sentimen pasar tengah suram, permintaan masuk dalam lelang sukuk hari ini kemungkinan masih akan baik seiring dengan tren aliran modal asing yang tengah mendapatkan momentum sejak pekan lalu.

"Incoming bids dalam lelang hari ini kemungkinan ada di kisaran Rp17 triliun-Rp21 triliun, dari lelang sebelumnya Rp16,34 triliun," kata Lionel.

Proyeksi itu berdasarkan foreign inflow ke pasar SBN sampai pekan lalu yang telah mencapai US$526,65 juta. "Kami perkirakan rentang indikasi yield untuk masing-masing seri ada di 6,80%-6,85% untuk SNPS-6M, lalu 6,90%-6,97% untuk SPNS-9M," kata analis.

Kemudian seri PBS032 kemungkinan akan di 7,02%-7,07%, lalu PBS030 akan ada di 7,05%-7,10%, lalu PBSG001 ada di 6,92%-6,97%, disusul oleh PBS004 di 6,95%-7,10% serta PBS038 di kisaran 7,12%-7,17%.

(rui)

No more pages