Indeks dolar AS masih stabil di kisaran 105,878 pagi ini setelah tadi malam nyaris kembali lagi naik ke 106 ketika investor angkat kaki dari pasar Treasury, surat utang AS.
Secara teknikal, rupiah sudah masuk ke area pelemahan di Rp16.350-Rp16.400/US$. Trendline channel sebelumnya saat ini menjadi support terkuat rupiah pada Rp16.440/US$.
Apabila terjadi penguatan, ada trendline garis hijau yang menarik dicermati pada level Rp16.300/US$ akan jadi resistance pertama. Sementara resistance selanjutnya ada pada Rp16.250, juga ada resistance psikologis di Rp16.200/US$.
Sentimen pasar berbalik bearish akibat ketidakpastian baru yang dipicu oleh konstelasi perpolitikan terakhir di Amerika Serikat dan Eropa, dua kekuatan utama ekonomi dunia.
Para pelaku pasar memilih keluar dari pasar keuangan global menyusul ketidakpastian yang meningkat tajam pasca kemenangan partai sayap ekstrem kanan Prancis, National Party Marine Le Pen, yang dikhawatirkan akan semakin menggeser arah kebijakan Eurozone menjadi lebih proteksionis.
Pada saat yang sama, penolakan Presiden AS Joe Biden mundur dari kontestasi presiden AS juga memicu ketidakpastian karena pasar dipaksa mengantisipasi kemenangan Donald Trump sebagai orang nomor satu nanti di Pemilu November.
Sementara data terbaru kinerja manufaktur AS pada Juni yang mencatat perlambatan mungkin sedikit memoderasi kekhawatiran pasar akan pengetatan lebih lanjut Federal Reserve (The Fed).
Institut for Supply Management (ISM) melaporkan, aktivitas manufaktur AS stagnan di zona kontraksi di angka 48,5 dibandingkan dengan 48,7 pada bulan sebelumnya. Indeks harga bahan baku yang dibayarkan para produsen turun 4,9 poin, menjadi penurunan terbesar sejak Mei 2023. Pada angka 52,1, indeks tersebut menunjukkan pertumbuhan biaya paling lambat tahun ini.
Meskipun aktivitas manufaktur secara keseluruhan masih menunjukkan penurunan, sinyal positif bagi produsen adalah kenaikan pada indeks pesanan baru ISM. Ukuran tersebut rebound hampir 4 poin menjadi 49,3, menunjukkan pemesanan mendekati stabilisasi.
Pasar hari ini juga menanti pidato Gubernur The Fed Jerome Powell hari Selasa ini, setelah sebelumnya akan ada rilis data rekrutmen tenaga kerja, JOLTS Opening.
Indonesia kemarin melaporkan data inflasi Juni yang semakin landai. Secara bulanan, Indonesia mencatat deflasi pada bulan lalu, menjadi deflasi dalam dua bulan berturut-turut. Adapun inflasi Juni secara tahunan makin turun di 2,51%. Inflasi inti pada Juni juga tercatat lebih rendah di 1,90%.
Data inflasi domestik mengisyaratkan adanya tekanan daya beli yang berlangsung di mana kejatuhan nilai tukar selama Juni sepertinya tidak berdampak pada imported inflation. Ada kekhawatiran, tingkat permintaan dalam ekonomi pasca Lebaran semakin dalam.
(rui)