Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (2/7/2024), dibuka menguat. Pada pukul 9.02, indeks mencatat kenaikan 21,39 poin atau setara dengan 0,3% ke level 7.161.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia, volume perdagangan tercatat 284 juta saham dengan nilai transaksi Rp429 miliar. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 33.235 kali.
Sebanyak 172 saham menguat, dan 122 saham melemah. Sementara, 200 saham tidak bergerak.
Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Aktivitas manufaktur Amerika Serikat melambat selama tiga bulan berturut-turut di Juni. Sementara pada indikator harga-harga terjadi kejatuhan paling tajam dalam lebih dari setahun.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Institute for Supply Management (ISM) memaparkan, aktivitas manufaktur stagnan di angka 48,5 dibandingkan dengan 48,7 pada bulan sebelumnya. Angka tersebut masih ada di bawah angka 50 yang menjadi pemisah antara kontraksi dan ekspansi.
Ukuran harga bahan baku yang dibayarkan oleh produsen ambles 4,9 poin, penurunan terbesar sejak Mei 2023. Pada angka 52,1, indeks ini sekaligus menunjukkan pertumbuhan biaya paling lambat tahun ini.
Di pasar AS, sembilan industri melaporkan aktivitas kontraksi pada Juni, dipimpin oleh pabrik tekstil, mesin, dan logam fabrikasi. Sedangkan, lainnya ada delapan industri masih menunjukkan pertumbuhan.
Namun demikian, meskipun aktivitas manufaktur secara keseluruhan masih menunjukkan pelemahan, masih ada sinyal positif bagi produsen yaitu kenaikan pada indeks pesanan baru ISM. Ukuran tersebut rebound hampir 4 poin menjadi 49,3, yang mencerminkan angka pemesanan mendekati stabilisasi.
Selanjutnya investor menunggu dengan cermat rilis data ketenagakerjaan yang keluar di pekan ini. Konsensus pasar memperkirakan perekonomian AS menciptakan 195.000 lapangan kerja non-pertanian (Non-Farm Payroll/NFP) pada Juni, jauh di bawah angka bulan sebelumnya yang mencapai 272.000.
Data aktivitas manufaktur tersebut, dan mungkin perlambatan di pasar tenaga kerja menunjukkan bahwa perekonomian Negeri Paman Sam mulai ‘Mendingin’ akibat kebijakan moneter ketat.
(fad)