Logo Bloomberg Technoz

Ransomware Lumpuhkan Pusat Data, Pengelola Bisa Belajar ke Bank

Dovana Hasiana
02 July 2024 06:10

Ilustrasi pusat data. (Dok: Bloomberg)
Ilustrasi pusat data. (Dok: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja menilai pengelola pusat data pemerintah bisa belajar dari industri perbankan atau keuangan, yang dinilai sebagai sektor paling maju dalam tata kelola menghadapi ancaman siber. 

Meski Ardi menilai industri perbankan atau keuangan memang bukan satu-satunya yang paling hebat dalam mencegah ancaman siber. Namun, perbankan atau keuangan memiliki proses dan langkah yang baik dalam membangun keamanan siber, seperti dari regulasi hingga kepatuhan. 

“Jadi governance, risiko dan kepatuhan. Nah konsep ini coba dikedepankan menjadi suatu barometer dalam membangun budaya, sebagai budaya awareness, kewaspadaan dalam menghadapi risiko-risiko ini,” jelas Ardi saat dihubungi Bloomberg Technoz, dikutip Selasa (2/7/2024). 

Pusat data nasional sementara (PDNS) diretas oleh ransomware Brain Cipher yang menutup akses ke data yang ada di sana hingga kini. Upaya perbaikan atau recovery terhambat karena tidak semua tenant yang memiliki backup data.

Pakar forensik digital Ruby Alamsyah melihat memang pengelolaan pusat data oleh pemerintah masih memilih dua kelemahan krusial. Pertama, masih dibiarkannya celah keamanan sistem.