Contoh lain adalah membentuk Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik atau Indo-Pacific Economic Framework (IEPA) yang sedang dinegosiasikan AS dengan 13 negara di Asia, termasuk Indonesia. Lalu juga membentuk kesepakatan mineral kritis (critical mineral) baru-baru ini dengan Jepang.
"Fenomena 'China Inc.' dan konvergensi antara negara dan ekonomi adalah sesuatu yang kami teruskan, dan sistem kami terus bergulat," kata Tai kepada wartawan pada Selasa waktu setempat.
Tai menyebut AS bekerja dengan para mitra untuk memastikan bahwa bukan hanya AS yang dirugikan oleh China.
Dua ekonomi terbesar dunia dan persaingan geopolitik mereka telah berbentrokan dalam segala hal, mulai dari isu Taiwan, pandemi virus corona, persoalan semikonduktor berteknologi tinggi, sampai dengan isu dugaan balon mata-mata yang ditembak jatuh AS pada Februari, hingga invasi Rusia ke Ukraina.
Ucapan Tai mengisyaratkan sebagian isi dari pidatonya yang akan disampaikan pada Rabu di American University di Washington. Menurut kutipan draf pidato itu, dia berencana untuk menegaskan bahwa kebijakan AS harus "beradaptasi dengan realitas ekonomi global saat ini," dan bahwa kebijakan industri dan perdagangan "harus saling bahu-membahu."
Pemerintahan Biden juga berusaha memastikan bahwa perdagangan internasional harus menguntungkan lebih banyak orang, termasuk pengusaha wanita dan usaha kecil milik minoritas, kata Tai.
Pidato itu muncul setelah sidang Kongres bulan lalu di mana banyak anggota parlemen dari Partai Republik dan beberapa Demokrat menyalahkan pemerintahan Biden karena tidak menegosiasikan perjanjian perdagangan bebas baru atau memiliki agenda perdagangan internasional yang cukup ambisius.
Tai kemudian menjelaskan bahwa perjanjian penurunan tarif dalam beberapa hal telah membuat ekonomi Amerika rentan, dan pemerintahan Biden ingin mengatasi masalah tersebut dengan pendekatan baru.
Dalam pidatonya, Tai juga berencana menyoroti bagaimana pemerintah bernegosiasi untuk menghilangkan hambatan nontarif untuk ekspor Amerika, termasuk dalam Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik.
Bagian dari penyeimbangan kembali hubungan dengan Beijing adalah melalui langkah-langkah seperti apa yang disebut tarif "Bagian 301" yang diterapkan pemerintahan Donald Trump atas kekhawatiran tentang pencurian kekayaan intelektual dan bahwa Biden telah meninggalkan banyak impor dari China, kata Tai.
Komisi Perdagangan Internasional AS melaporkan bulan lalu bahwa impor terhadap produk yang terkena dampak dari negara Asia turun menjadi sekitar US$ 265 miliar pada 2021 dari US$ 311 miliar pada 2017, atau tahun sebelum bea diberlakukan,
Bagian lain menyangkut investasi dalam negeri, seperti Chips and Science Act senilai $52 miliar yang dimaksudkan untuk merevitalisasi manufaktur semikonduktor AS yang selama beberapa dekade telah pindah ke Asia, dan Undang-Undang Pengurangan Inflasi untuk menantang dominasi China dalam teknologi hijau, kata Tai.
“Untuk waktu yang lama kami hanya membayangkan pasar akan menangani semuanya, dan jika tidak pada level permainan yang sama, kami telah melihat banyak erosi,” kata Tai.
“Kita harus mengambil tindakan baru, lebih aktif, dan lebih berani untuk berinvestasi pada diri kita sendiri.”
(bbn)
