Logo Bloomberg Technoz

Sekadar catatan, harga tembaga jatuh ke level terendah dalam lebih dari dua bulan —memperpanjang penurunan dari level tertinggi sepanjang masa. Harga ini menghadapi tekanan berkelanjutan dari permintaan China yang sangat lemah.

Logam ini telah merosot 14% sejak meroket ke rekor di atas US$11.000 per ton pada Mei. Kondisi pasar yang lemah di konsumen utama China telah membuat para investor yang lebih bullish melihat kenyataan. Harga terus menurun bahkan di tengah tanda-tanda sementara pemulihan permintaan.

"Kenaikan tajam harga tembaga di Mei melemahkan permintaan hilir, yang menyebabkan persediaan yang lebih tinggi," tulis analis HSBC Holdings Plc, termasuk Howard Lau, dalam sebuah catatan.

"Namun, kami yakin permintaan yang terpendam akan berangsur-angsur dilepaskan dengan koreksi harga yang terlihat dari pertengahan Juni dan seterusnya."

Goldman Sachs padahal sebelumnya menaikkan proyeksi harga mereka terhadap logam tembaga tahun ini menjadi US$12.000/ton, dipicu risiko yang makin nyata akan terjadinya kelangkaan pasokan komoditas tersebut.

Outlook harga tembaga Goldman tersebut naik US$2.000 atau 20% dari estimasi awal senilai US$10.000/ton. Lembaga keuangan tersebut juga terus melihat tren penguatan harga tembaga rata-rata sebesar 50% pada 2025.

Goldman Sachs melandasi kenaikan outlook itu pada proyeksi kelangkaan pasokan tembaga yang mulai terjadi pada tahun ini. Segmen konsentrat tembaga dinilai bergerak ke dalam kondisi pasokan yang sangat ketat.

“Solusi pasokan tambang jangka pendek, satu-satunya cara untuk mempertahankan fungsi pasar konsentrat, adalah melalui penjatahan permintaan,” tulis laporan Goldman Sachs dalam laporannya sebagaimana dikutip melalui Forexlive, awal Mei.

(dov/wdh)

No more pages