Logo Bloomberg Technoz

Alasan Investasi Smelter Bauksit Tak Laku hingga Bikin ESDM Keki

Dovana Hasiana
01 July 2024 10:50

Bongkahan bauksit mentah./Bloomberg-Waldo Swiegers
Bongkahan bauksit mentah./Bloomberg-Waldo Swiegers

Bloomberg Technoz, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (AP3BI) menilai terdapat perbedaan mendasar antara investasi pabrik pemurnian atau smelter bauksit dibandingkan dengan nikel, yakni jangka waktu dan modal, yang pada akhirnya menjadi kendala pengembangannya.

Pelaksana Harian Ketua Umum AP3BI Ronald Sulistyanto mengatakan jangka waktu dari smelter bauksit cukup lama dan membutuhkan biaya investasi yang besar, yakni mencapai US$1,2 miliar (atau Rp19,6 triliun dengan asumsi kurs saat ini) untuk 2 juta ton.

“Apalagi dolar menguat, belum mereka [investor] memutuskan sudah ada tantangan baru, makin besar biaya dan jangka waktu pengembalian,” ujar Ronald kepada Bloomberg Technoz, dikutip Senin (1/7/2024).

Sebagai gambaran, beberapa waktu lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memaparkan 7 smelter nikel, terdiri dari 5 eksisting dan 2 rencana, memiliki nilai investasi US$2,67 miliar. Sementara itu, 7 smelter bauksit yang tengah dalam perencanaan memiliki nilai investasi US$5,85 miliar.

Smelter bauksit ditargetkan sebanyak 7 unit, progres pembangunan masih agak lambat, yaitu 30%—90%. Total investasi US$5.853,5 juta,” ujar Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Suswantono dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI.

Progres pembangunan smelter bauksit I. (Sumber: Kementerian ESDM)