Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global dan regional. Indikator favorit, inflasi inti Amerika Serikat yang lebih disukai Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berhasil melambat pada Mei. Makin memperkuat alasan bagi Bank Sentral untuk mulai memangkas suku bunga jelang tutup tahun ini.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi inti (PCE), yang tidak memasukkan makanan dan energi yang fluktuatif, hanya melaju dengan kenaikan 0,1% dari bulan sebelumnya.
Ini menandai kenaikan terkecil dalam enam bulan. Jika tidak dibulatkan, kenaikannya hanya terjadi 0,08%, sekaligus menjadi yang terkecil sejak November 2020.
Dibandingkan dengan tahun lalu, inflasi hanya menguat 2,6%, terkecil sejak awal 2021, menurut data Biro Analisis Ekonomi (Bureau of Economic Analysis/BEA) yang dirilis pada Jumat.
Kabar terbaru ini membawa rasa gembira bagi para pejabat tinggi The Fed yang ingin memulai pemangkasan suku bunga acuan dalam beberapa bulan di pertemuan mendatang, meskipun para pembuat kebijakan kemungkinan ingin melihat laporan tambahan seperti ini terlebih dahulu. Mereka baru-baru ini membuat proyeksi ulang untuk penurunan suku bunga tahun ini setelah data inflasi di kuartal pertama lebih rendah dari perkiraan.
"Deflasi harga barang dan pelemahan yang mulai kita lihat setidaknya memberi jalan menuju kemungkinan penurunan suku bunga di bulan September," kata Kepala Ekonom KPMG Diane Swonk.
Senada, Gubernur Federal Reserve Bank of San Francisco, Mary Daly, mengatakan data inflasi yang dirilis Jumat menunjukkan kebijakan moneter berjalan efektif.
"Dampak kebijakan moneter terlihat di berbagai aspek ekonomi," kata Daly di CNBC. "Kita melihat pertumbuhan melambat, pengeluaran melambat, pasar tenaga kerja melambat, inflasi melandai– begitulah cara kebijakan bekerja."
"Namun, jika inflasi turun seperti yang terjadi pada akhir tahun lalu dan pasar tenaga kerja tetap utuh atau goyah, kita sebenarnya dapat menyesuaikan kebijakan untuk menanggapinya," katanya.
Data-data terbaru ini membuat asa pemangkasan suku bunga acuan kembali meningkat.
Mengutip CME FedWatch Tools pagi ini, probabilitas Bank Sentral Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) ke 5,00–5,25% dalam rapat September melonjak ke angka keyakinan 56,3% lebih tinggi dari sebelumnya yang sempat menyentuh di bawah 56%.
Kemudian, Federal Funds Rate diperkirakan bakal turun lagi 25 bps ke 4,75–5,00% pada rapat Desember. Peluangnya bertambah menjadi 41,4%.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, semakin kuatnya ekspektasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan segera memangkas suku bunga, dan momentum dari euforia seputar Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) telah memicu reli indeks saham utama di Wall Street yang pada gilirannya juga turut mengangkat kinerja indeks saham di kawasan Asia.
“Para pelaku pasar sekarang melihat 64% peluang penurunan suku bunga pertama oleh Federal Reserve terjadi di bulan September, naik dari 50% sebulan yang lalu.” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 1,37% ke 7.063 dan masih didominasi oleh volume pembelian.
“Saat ini, posisi IHSG diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave (iii) dari wave [v] dari wave 1 dari wave 3, sehingga penguatan IHSG akan cenderung terbatas dan rawan terkoreksi membentuk wave (iv) ke rentang area 6.991-7.040,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (1/7/2024).
Herditya juga memberikan catatan, adapun area penguatan IHSG selanjutnya diperkirakan akan menguji 7.102-7.149.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, AUTO, BFIN, BUKA, dan EXCL.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, berbagai sentimen dan hal di atas terlihat dari penguatan lebih dari 1% IHSG di Jumat (28/6) yang memperkuat posisi IHSG di atas level psikologis 7.000. Potensi penguatan lanjutan ke resistance area 7.130-7.150 masih terbuka di awal pekan.
“Namun waspadai potensi pullback jelang akhir pekan bersamaan dengan jadwal pidato Kepala The Fed, Jerome Powell (3/7). Powell diperkirakan akan menegaskan the Fed yang data dependent dalam pidato tersebut,” tulisnya.
Dari dalam negeri, pasar mengantisipasi data inflasi yang diperkirakan melandai ke 2,70% yoy di Juni 2024 dari sebelumnya 2,84% yoy di Mei 2024. Inflasi yang relatif stabil di level rendah memberikan ruang bagi BI untuk berbagai upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah. Kondisi ini diharapkan dapat menjaga Rupiah di bawah Rp16.400/USD.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi ADMR, ANTM, PTBA, UNVR, dan, CTRA.
(fad/aji)