"Biasanya itu, harga beras dunia tergantung Indonesia. Kalau Indonesia ada rencana impor, harga beras dunia akan mengalami kenaikan. Selama ini polanya seperti itu," ujar Dwi ketika dihubungi oleh Bloomberg Technoz, Rabu (5/4/2023).
Terkait dengan negara pemasok, Dwi menyebut kemungkinan besar masih sama dengan negara yang memasok beras ke Indonesia pada awal tahun ini. Negara yang dimaksud adalah India, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
Khusus untuk India, sebelum pemerintah mengeluarkan keputusan impor beras, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sempat menyebut opsi impor beras dari negara tersebut guna mencukupi stok CBP.
Opsi tersebut mencuat setelah Zulhas, demikian sapaan akrabnya melakukan kunjungan kerja ke Negeri Bollywood pada pekan kedua Maret 2023.
"Pengadaannya kan yang 500.000 ton ini diminta segera. Paling cepat itu 2,5 bulan prosesnya. Kalau sebelum itu sudah tiba berasnya di Indonesia berarti sudah ada kesepakatan pembelian sebelum keputusan dikeluarkan. Impornya dilakukan importir swasta atau ada kasak-kusuk," tutur Dwi.
Ketika dimintai konfirmasi terkait dengan progres impor beras di sela-sela kunjungannya ke Pasar Murah Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (5/4/2023), Zulhas enggan memberikan penjelasan, Dia justru meminta awak media untuk menanyakannya kepada Bulog.
"Beras tanyakan ke Bulog, untuk izin impor nanti saya cek lagi," katanya.
Saat rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI pada Senin (5/4/2023), Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengungkapkan bahwa opsi menambah pasokan dari impor sebanyak 500.000 ton pun tidak dapat diekseskusi dengan mudah.
“[Wacana impor] itu belum terlaksana karena kami belum bisa mendapatkan [stok beras] dari beberapa negara yang sudah kami jajaki,” tuturnya.
Buwas, demikian sapaan akrabnya mengatakan pihaknya sudah membuka lelang untuk pengadaan beras impor tahun ini. Sejauh ini, ada empat negara yang berpeluang mengekspor beras ke Indonesia dan sudah dalam proses negosiasi harga.
"Ada banyak, dari India, Vietnam, pakistan, Thailand. Itu empat negara yang sudah menawarkan," ujarnya.
Sementara itu, terkait dengan volume impor yang terbilang besar mencapai 2 juta ton, Buwas menyebut ada kemungkinan tidak akan direalisasikan sepenuhnya. Sebab, Bulog masih memprioritaskan penyerapan hasil produksi petani dari dalam negeri.
“Pesan Presiden, kalau dikasih jatah impor 2 juta ton, bukan berarti harus didatangkan [direalisasikan]. Dilihat dahulu kebutuhannya. Diutamakan biar bagaimanapun harus menyerap produksi dalam negeri. Walaupun, secara harga, lebih murah beras impor. Namun, kami tidak mencari untung. Waktu lelang juga terbuka karena kami diaudit BPKP dan hasilnya akan diaudit BPK,” tegas Buwas.
(rez/wdh)