Logo Bloomberg Technoz

Prajogo Pangestu diwakilkan oleh saham BREN, TPIA, BRPT, dan CUAN. Kemudian, saham AMMN mewakili Anthoni Salim.

Sinarmas Group diwakili oleh saham DSSA. Sedang saham BYAN mewakili Low Tuck Kwong.

Berikut pergerakan saham Conglo-7 tersebut sejak awal tahun, berdasarkan data Bloomberg, Jumat (28/6/2024).

  1. AMMN 67,94%
  2. BREN 34,78%
  3. BRPT 96,02%
  4. BYAN -20,73%
  5. CUAN -34,82%
  6. DSSA 212,50%
  7. TPIA 75,71%

Bobot Conglo-7 Besar

Saham Conglo-7 memiliki kapitalisasi pasar atau market cap yang besar (big cap). Nilainya bahkan ada yang lebih dari Rp1.000 triliun.

BREN misalnya. Market cap saham ini mencapai Rp1.348 triliun, melampaui BBCA yang sebesar Rp1.211 triliun.

Kemudian, saham TPIA memilki market cap Rp798 triliun. Market Cap AMMN hanya berbeda tipis.

Saham BYAN memiliki market cap Rp526 triliun. Sedang DSSA memiliki market cap Rp193 triliun.

Semakin besar market cap, tentu semakin besar kontribusinya terhadap poin indeks, meski sebagian saham ini juga menjadi pemberat (laggard) dengan mengurangi poin indeks.

Berikut 10 saham dengan kontribusi bobot terbesar terhadap IHSG sejak awal tahun.

  1. TPIA menambah bobot IHSG 139,89 poin
  2. AMMN menambah bobot IHSG 137,91 poin
  3. BREN menambah bobot IHSG 101,87 poin
  4. DSSA menambah bobot IHSG 57,94 poin
  5. BBCA menambah bobot IHSG 37,32 poin
  6. ADRO menambah bobot IHSG 13,05 poin
  7. PGAS menambah bobot IHSG 10,59 poin
  8. BRIS menambah bobot IHSG 9,80 poin
  9. BMRI menambah bobot IHSG 8,56 poin
  10. SRAJ menambah bobot IHSG 6,95 poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (24/6/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Sementara, 10 saham laggard sejak awal tahun adalah sebagai berikut.

  1. BBRI mengurangi bobot IHSG 118,78 poin
  2. TLKM mengurangi bobot IHSG 96,20 poin
  3. GOTO mengurangi bobot IHSG 77,56 poin
  4. BYAN mengurangi bobot IHSG 63,51 poin
  5. ASII mengurangi bobot IHSG 53,84 poin
  6. BBNI mengurangi bobot IHSG 26,27 poin
  7. SMGR mengurangi bobot IHSG 21,82 poin
  8. BRPT mengurangi bobot IHSG 21,81 poin
  9. CUAN mengurangi bobot IHSG 19,45 poin
  10. TOWR mengurangi bobot IHSG 13,53 poin

Meski sebagian saham Conglo-7 menjadi laggard, namun sebagian besar saham ini menjadi penyelamat IHSG sepanjang bulan ini. Berikut perinciannya.

  1. BREN menambah bobot IHSG 72,08 poin
  2. BBCA menambah bobot IHSG 43,87 poin
  3. BBRI menambah bobot IHSG 28,04 poin
  4. TLKM menambah bobot IHSG 27,05 poin
  5. BMRI menambah bobot IHSG 22,89 poin
  6. DSSA menambah bobot IHSG 14,61 poin
  7. BBNI menambah bobot IHSG 9,50 poin
  8. ASII menambah bobot IHSG 7,71 poin
  9. CUAN menambah bobot IHSG 5,24 poin
  10. BRIS menambah bobot IHSG 4,71 poin

IHSG Sudah Bottom

Dari data mover dan laggard itu terlihat, saham BBRI dan ASII menjadi pemberat utama pergerakan IHSG sejak awal tahun. Menurut Alvin Baramuli, penurunan keduanya memicu penurunan saham small-mid cap.

"Penurunan itu bisa dipahami. Pasar concern dengan pertumbuhan, terutama konsumsi di segmen menengah e bawah. Depresiasi rupiah dan aksi jual investor asing menurunkan prospek, sehingga menekan IHSG," jelas Alvin Baramuli.

Namun, Alvin menggarisbawahi jika likuiditas para fund manager saat ini tinggi. Dengan poisisi IHSG yang sudah sempat di bawah 7.000 juga dinilai sudah bottom.

"Sehingga, valuasinya murah, dan saat ini merupakan entry point yang bagus," kata Alvin.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano tak menampik, saham bank menjadi pemberat IHSG belakangan ini. Pasalnya, pasar mengkhawatirkan pengetatan likuiditas dan tingginya cost of fund akan mempengaruhi kinerja keuangan bank beberapa waktu ke depan.

Meski demikian, Victor tetap mempertahankan rating overweight untuk sektor bank. Dasarnya, sektor perbankan masih akan mampu menunjukkan performa terbaik dan peningkatan kualitas aset di tengah ketatnya likuditas.

"Top picks dari kami adalah BBCA," tulis Victor dalam riset 10 Juni 2024.

Ia juga merekomendasikan buy saham BMRI dengan target harga Rp7.400/saham. Rekomendasi serupa juga berlaku untuk saham BBNI dan BRIS dengan target harga masing-masing Rp6.800/saham dan Rp2.700/saham.

(red)

No more pages