Logo Bloomberg Technoz

Meski penjualan turun, beban pokok penjualan Sritex masih membengkak 5,655 menjadi US$87,21 juta dari sebelumnya, US$82,54 juta.

Jumlah karyawan berkurang & rencana PHK

Adapun, dalam laporan yang sama, Sritex secara grup juga mencatatkan jumlah karyawan tetap hingga akhir Maret 2024 menjadi sebanyak 11.249 karyawan, menurun sekitar 20% dari periode yang sama tahun sebelumya yang sebanyak 14.138 karyawan.

Kemudian, Sritex juga melaporkan defisit dan defisiensi modal hingga 31 Maret 2024 dan 31 Desember 2023 masing-masing sebesar US$1,17 miliar dan US$ 1,16 miliar.

Akibat kondisi kerugian yang terus dialami tersebut, manajemen Sritex juga menilai kondisi ini mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

Pekerja di pabrik tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex./Bloomberg-Dimas Ardian

Untuk menghadapi kondisi tersebut, Grup memfokuskan pada upaya meningkatkan penjualan dan efisiensi biaya produksi dengan mengambil langkah untuk kembali mengurangi karyawan hingga 2025 mendatang.

Selain itu, Sritex juga akan melakukan pengembangan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi, dan "peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusianya secara terus menerus serta efisiensi biaya melalui pemantauan anggaran dan perbaikan sistem."

Akibat dampak global

Dalam kaitan itu, SRIL juga mengatakan bahwa dampak makro ekonomi global seperti suku bunga, inflasi yang tinggi, serta kondisi geopolitik perang Rusia-Ukraina serta perang Israel-Palestina menyebabkan penurunan tingkat permintaan di mana masyarakat global lebih mengutamakan uangnya untuk kebutuhan pangan dan energi.

Selain itu, jalur pengiriman barang tekstil yang ditempuh guna menghindari konflik Terusan Suez juga menjadi tantangan bagi produsen tekstil ini.

"Melihat kondisi global yang mengalami penurunan permintaan, perseroan melakukan perubahan strategi untuk memperbesar porsi penjualan domestik, tetapi hal ini terganggu dengan maraknya kegiatan impor pakaian illegal yang secara harga akan menjadi lebih murah," ujar manajemen dalam risalah rapatnya usai RUPST, baru-baru ini.

(ibn/roy)

No more pages