Pemilu Iran Dibayangi Gejolak Ekonomi dan Regional
News
28 June 2024 16:00
Golnar Motevalli dan Arsalan Shahla - Bloomberg News
Bloomberg, Maryam, seorang instruktur kebugaran berusia 37 tahun di Teheran, biasa mengesampingkan penghinaannya terhadap para politikus Iran dalam pemilihan umum dengan dasar bahwa suaranya dapat membantu membawa perubahan. Tahun ini, ia mengatakan bahwa ia tidak tertarik.
"Di setiap sudut negeri ini, ke mana pun Anda memandang, tidak ada yang bisa membuat Anda optimis," ujarnya dari rumahnya di ibu kota Iran. "Harga-harga semakin tinggi dari hari ke hari. Selain itu, mereka mempersulit keadaan dengan hejab--menyita mobil Anda, memaksa Anda melapor ke polisi atau pengadilan, membuat Anda membayar denda yang besar."
Maryam mengacu pada penutup kepala Islami yang wajib dikenakan oleh perempuan di Iran. Aturan ini menjadi sasaran demonstrasi besar-besaran pada tahun 2022 setelah kematian Mahsa Amini, seorang perempuan muda yang ditahan karena diduga melanggar aturan berpakaian Islami yang ketat.
Tanggapan kejam Iran terhadap protes-protes tersebut hanyalah salah satu dari sekian banyak perdebatan menjelang pemilihan presiden pada Jumat (28/6/2024). Para pemilih akan menentukan siapa pengganti Ebrahim Raisi, ulama garis keras yang meninggal dalam kecelakaan helikopter bulan lalu. Isu-isu lain termasuk kondisi suram ekonomi yang terpukul oleh sanksi-sanksi dan peran negara ini dalam gejolak Timur Tengah yang sedang berlangsung, termasuk perang di Gaza.