Sejarah Industri Tekstil di Indonesia
Dinda Decembria
28 June 2024 14:10
Bloomberg Technoz, Jakarta - Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tekstil sedang ramai terjadi di Indonesia. Padahal jika dilihat dari sejarahnya, industri tekstil kita berjaya dan tidak mau dikuasai penjajah.
Mengutip dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi, sejarah dan pemusat industri tekstil sejak dahulu kala orang Indonesia menenun bahan pakaiannya sendiri dengan alat tenun gedogan, ialah alat yang sederhana dan terbuat dari kaju. Mereka menenun pada waktu tidak ada pekerjaan di sawah atau perkerjaan lainnya.
Barulah, pada tahun 1870 dimulai akses jalan raja dan jalan kereta api yang telah menghubungkan daerah pesisir dengan daerah pedalaman dan barang-barang tekstil luar negeri mengalir ke daerah-daerah sehingga mendesak hasil kerajinan dalam negeri. Hal ini berlangsung terus sampai kira-kira pada tahun krisis 1929. Sejak saat itu mulai ada perhatian dari pihak pemerintahan Hindia Belanda.
Mulai saat itu barang-barang impor dari Negeri Belanda makin lama makin terdesak oleh barang-barang impor dari Jepang jauh lebih murah. Hal ini sangat menguntungkan para konsumen, tetapi merugikan pengusaha tekstil di negeri Belanda dan makin terdesaklah pertunan dalam negetri. Maka pemerintah mengambil beberapa tindakan untuk mengurangi impor dari Jepang dan memberi dorongan untuk memajukan usaha dalam negeri.
Kala itu, waktu depresi banyak pabrik gula dan perusahaan-perusahaan lain yang ditutup dan terjadilah banyak pengangguran. Saat itu dikatakan buruh murah sekali. Pada waktu itu nilai pertukaran Indonesia dikatakan turun. Hingga kemudia barang-barang impor harganya relatif naik. Karena kebutuhan kita akan bahan pakaian hampir seluruhnya harus diimpor, maka kenaikan harga saat itu tersa sekali di lapangan tekstil.