Logo Bloomberg Technoz

“Karena pengaruh dari komoditas terhadap APBN secara keseluruhan itu relatif besar sehingga pergerakan dari harga komoditas yang sudah mulai melandai sejak tahun lalu juga terlihat pada kinerja penerimaan negara,” ucap Yusuf.

Ia menyebut normalisasi harga komoditas menyebabkan penerimaan pajak dari sektor usaha pertambangan tercatat menurun. Begitu juga dengan pajak PPh Badan yang mengalami penurunan kinerja pada bulan Mei lalu.

“Penurunan penerimaan bersamaan diikuti dengan semakin besarnya kebutuhan untuk belanja,” tutur dia.

Selain itu, berakhirnya momentum yang mengungkit pertumbuhan ekonomi juga mempengaruhi defisit anggaran pada tahun ini. Pasalnya, pada kuartal I-2024 momen Ramadan dan Lebaran telah berlalu.

Yusuf menegaskan, berakhirnya momentum tersebut menyebabkan daya ungkit konsumsi masyarakat secara umum menjadi melandai. Ia menyebut, hal ini terjadi saat daya beli masyarakat tergerus akibat kenaikan harga pangan.

“Sehingga ini selaras dengan tekanan aktivitas ekonomi yang terjadi di bulan Mei dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” kata Yusuf.

Sebagai informasi, Kementerian Keuangan melaporkan keseimbangan primer masih surplus di level Rp184,2 triliun pada 31 Mei 2024. Namun, total APBN membukukan defisit Rp21,8 triliun atau 0,1% terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Posisi APBN hingga akhir Mei, dengan keseimbangan primer masih surplus Rp184,2 triliun, tapi total anggaran defisit Rp21,8 triliun," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi APBNKita Edisi Juni 2024, Kamis (27/6/2024).

Rinciannya, pendapatan negara sampai akhir Mei tercatat hanya Rp1.123,5 triliun. Angka ini merosot 7,1% dibanding pendapatan negara pada periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Nilainya tercatat 40,1% dari target APBN.

"Meskipun pencapaian ini secara persentase baik, namun jika dilihat pertumbuhan dibanding tahun lalu bulan Mei terjadi penurunan," sebut Sri Mulyani.

(azr/lav)

No more pages