Logo Bloomberg Technoz

“Setelah melakukan evaluasi menyeluruh, kami menyimpulkan bahwa kami tidak akan melaksanakan proyek pemurnian nikel-kobalt di Teluk Weda,” tulis BASF SE dalam pernyataannya, dikutip Rabu (26/5/2024).

Selang beberapa waktu, Eramet juga mengumumkan untuk mundur dari proyek. Namun, perusahaan asal Prancis tersebut menyatakan akan terus mengevaluasi investasi potensial dari rantai nilai baterai kendaraan listrik atau EV berbasis nikel di Indonesia.

Dalam pernyataan resminya, BASF –perusahaan kimia terbesar di dunia asal Jerman– mengatakan ketersediaan nikel berkualitas baterai secara global telah meningkat sejak proyek ini dimulai. Dengan demikian, perusahaan tidak lagi melihat perlunya investasi sebesar itu.

Adapun Eramet, dalam pernyataan tertulis ke Bloomberg Technoz, mengungkapkan tiga alasan mundur dari proyek tersebut. Pertama, strategi eksekusi terkait proyek dengan BASF. Eramet menyatakan tidak berhasil mendapatkan skema eksekusi yang memuaskan, termasuk syarat dan ketentuan kontrak.

Kedua, alokasi modal. Dalam hal ini, Eramet ingin berpartisipasi dalam rantai nilai baterai di Indonesia, tetapi juga selektif dengan alokasi modal.

“Pada saat yang sama, Eramet juga sedang mengkaji peluang lain untuk rantai nilai EV, seperti nikel, litium, dan kobalt,” terang perusahaan.

Ketiga, pasar. Eramet menilai, pasar nikel global telah berubah selama beberapa tahun terakhir. Walhasil, perusahaan juga selektif dalam menambahkan potensi kelebihan kapasitas baru dari nikel kelas baterai.

(dov/roy)

No more pages