Logo Bloomberg Technoz

Selain itu, David mengungkapkan bahwa wacana pembentukan Kementerian/Lembaga (K/L) lembaga baru juga perlu diperinci oleh Tim Prabowo.

“Wacana perubahan birokrasi juga perlu diperjelas,” lanjut David.

Sementara itu, Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menjelaskan bahwa sentimen penggerak utama aksi jual di pasar keuangan Indonesia adalah kondisi iklim bunga moneter global yang masih tidak pasti.

Menurut dia, kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed masih menunjukan sinyal higher for longer atau peluang suku bunga tinggi yang dipertahankan cukup lama.

“Itu membuat investor global masih cenderung berinvestasi di negara maju (developed country) dibandingkan emerging markets hingga nanti ada perubahan bunga moneter yang menjadi lebih rendah oleh the Fed,” kata Myrdal kepada Bloomberg Technoz, Jumat (28/6/2024).

Dari sisi domestik, Myrdal menekankan bahwa sentimen negatif yang hadir telah dipertegas oleh pemerintah, yakni kebijakan fiskal mendatang dipastikan tetap prudent atau mengedepankan prinsip kehati-hatian.

“Apalagi setelah ada penegasan dari pemerintah mengenai posisi fiskal defisit yang masih aman dengan batas 2.8% terhadap PDB [Produk Domestik Bruto] pada tahun depan, meskipun akan terdapat program makan siang gratis untuk anak-anak dengan bujet Rp71 triliun.

Seperti diketahui, Lembaga keuangan asing kembali menurunkan atau downgrade prospek bursa saham RI. Usai Morgan Stanley, giliran HSBC Holdings Plc yang melakukan langkah serupa.

Dilansir dari Bloomberg, Rabu (26/6/2024), HSBC menurunkan rating bursa saham RI dari overweight menjadi neutral.

Salah satu pertimbangannya, emiten domestik diprediksi akan terpukul oleh depresiasi rupiah ditambah dengan suku bunga yang tinggi. Pada saat yang bersamaan, ketidakpastian kebijakan muncul imbas dari transisi pemerintah yang kedepan akan dipimpin oleh Prabowo Subianto.

Sebelumnya, Morgan Stanley menurunkan peringkat ekuitas Indonesia menjadi underweight. Penurunan peringkat ini lantaran lembaga keuangan tersebut melihat adanya risiko berinvestasi, terutama saham, di Indonesia.

Dilansir dari Bloomberg, Rabu (12/6/2024), tim strategi, termasuk Daniel Blake, melihat adanya ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa pelemahan di pasar valas di tengah-tengah suku bunga AS yang masih tinggi dan prospek dollar AS yang menguat.

Janji-janji kampanye Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto - seperti proposal untuk penyediaan makan siang dan susu untuk siswa - juga dapat menimbulkan “beban fiskal yang substansial”.

(azr/lav)

No more pages