Logo Bloomberg Technoz

Sentimen pasar global sebenarnya memang tengah membaik jelang rilis data inflasi PCE Amerika nanti malam waktu Indonesia. Para pelaku pasar melakukan tactical buying mengantisipasi data inflasi yang bagus dan bisa mendukung peluang penurunan bunga acuan AS tahun ini.

Tadi malam, data klaim pengangguran di negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia itu terbang ke level tertinggi sejak akhir 2021. Klaim lanjutan, yang menjadi proxy jumlah warga yang menerima tunjangan pengangguran, naik menjadi 1,84 juta pada pekan yang berakhir 15 Juni. Sementara klaim awal tercatat turun jadi 233.000. 

US Economic Bureau of Economic Analysis juga melaporkan, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal 1-2024 mencatat 1,4% qtq, terendah sejak kuartal II-2022.

Sementara pemesanan barang tahan lama (durable goods) pada Mei tumbuh 0,1% qtq. Lebih rendah ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 0,2% qtq. Pemesanaan durable goods sudah melambat 4 bulan beruntun.

Kesemua data itu memberi angin bagi ekspektasi penurunan bunga The Fed lebih dari satu kali tahun ini. Di pasar swap, para traders menaikkan taruhan untuk penurunan 25 bps pada September dengan peluang sebesar 57,9% pagi ini. Lalu, penurunan kedua sebesar 25 bps pada Desember dengan peluang mencapai 43,4%.

Nanti malam, badan statistik AS akan mengumumkan angka inflasi PCE, yang menjadi indeks favorit The Fed dalam meramu kebijakan moneternya. Konsensus sejauh ini memperkirakan, inflasi inti PCE pada Mei akan melandai ke 0,1% dari bulan sebelumnya 0,2% dan secara tahunan di 2,6% dari 2,8%. Sedangkan inflasi umum PCE diramal di angka 2,6% year-on-year dibanding bulan April 2,7%, sedang secara bulanan diprediksi 0,0% dibanding April 0,3%.

Para pelaku pasar terlihat mengambil aksi beli taktis mengantisipasi data PCE yang positif bagi penurunan bunga The Fed. Yield Treasury turun di semua kurva di mana tenor 10Y kembali landai di 4,28%. Sedangkan indeks saham di Wall Street juga ditutup hijau.

Penampilan Biden buruk

Penampilan petahana Joe Biden terlihat kewalahan di awal debat dan dinilai makin berisiko memperburuk kekhawatiran publik terhadap usianya saat ini dan mengerek kecemasan Partai Demokrat dalam upaya mengalahkan Republik dalam Pemilu November nanti.

Padahal, Trump memiliki banyak 'titik lemah' yang bisa diserang menyusul dakwaan 34 kasus pidana dan perannya dalam memicu demonstrasi pada 6 Januari. Penampilan Biden dalam debat diselingi oleh kesalahan, penyebutan kalimat yang berulang-ulang, salah penyajian, memicu kekhawatiran akan kondisi fisik dan ketajaman pikirannya.

Biden mengabaikan sebagian besar jawaban Trump dan bicara dengan lemah saat menjawab. Dia tersandung pada penyebutan angka-angka penting seperti jumlah lapangan kerja yang diciptakan di bawah pemerintahannya, batasan biaya obat-obatan yang harus dibayar juga isu biaya insulin yang menjadi pular utama dalam upayanya agar terpilih lagi.

Trump memanfaatkan kondisi itu dengan menyoroti keberadaan Biden yang menurutnya tak layak lanjut menjabat di usia 81 tahun, presiden tertua dalam sejarah AS. Trump memanfaatkan kesalahan langkah Biden dengan menyerang lawannya dalam perdebatan mengenai imigrasi. "Saya benar-benar tidak tahu apa yang dia katakan tentang hal ini dan saya rasa dia tidak tahu apa yang dia katakan," kata Trump.

Reaksi pasar mencerminkan kekhawatiran. "Mata uang bereaksi terhadap debat kandidat Presiden AS. Melihat reaksi sejauh ini, pelaku pasar menilai Trump memenangkan debat tadi malam. Namun, masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan," kata Carol Kong, analis dari Commonwealth Bank Australia, dilansir dari Bloomberg, pagi ini.

(rui)

No more pages