Logo Bloomberg Technoz

Menyitir penjelasan definisi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), batu bara terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu; termal (thermal/steaming coal) yang biasa digunakan sebagai pembangkit listrik dan metalurgi (coking coal atau metallurgical coal) yang biasa digunakan sebagai salah satu bahan utama dalam industri metalurgi.

Di Indonesia sendiri, batu bara lebih banyak dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik, yang sering disebut batubara termal. Pengetahuan tentang batubara metalurgi Indonesia masih sangat terbatas.

Negara-negara di dunia dengan eksposur tertinggi terhadap PLTU berbasis batu bara. (Dok. Bloomberg)

"Kami melihat pasar India masih cukup prospektif, karena kualitas batu bara Indonesia itu sangat bagus untuk di-blend. Kami juga melihat permintaan [batu bara] dari India masih cukup tinggi," kata Hendra kepada Bloomberg Technoz, Rabu (4/5/2023).

Hendra berpendapat sulit bagi India untuk membatasi atau bahkan menghentikan impor batu bara termal. Sebab, kualitas batu bara termal India tergolong rendah lantaran menghasilkan abu sisa hasil pembakaran atau ash yang cukup tinggi. 

Batu bara dengan kualitas tersebut tidak memenuhi standar industri pengolahan logam dan mineral atau metalurgi. "Sementara itu, untuk [industri] metalurgi India juga perlu impor [batu bara], bahkan makin banyak," ujar Hendra.

Sebelum melakukan antisipasi terhadap kebijakan Pemerintah India membatasi impor batu bara termal, penambang atau eksportir batu bara di Indonesia masih perlu mengkaji lebih dalam.

Sebab, sejauh ini berdasarkan data-data yang dipelajari oleh APBI, permintaan impor batu bara oleh India masih cukup bagus.

Ilustrasi Tambang Batu Bara (esdm.go.id)

"Beberapa indikator menunjukkan, impor thermal coal dari India pada 2022 meningkat 17 juta ton dibandingkan dengan 2021 [atau secara year on year/yoy]. Sementara itu, [ekspor] Indonesia meningkat 39 juta ton [pada periode yang sama]," terangnya.

Walaupun beberapa tahun terakhir India berhasil meningkatkan pertumbuhan produksi batu bara, lanjutnya, kebutuhan di negara tersebut jauh lenih besar. 

Hendra mengatakan batu bara yang dibutuhkan untuk pembangkit khususnya di daerah pesisir India di desain untuk batu bara dengan kadar ash rendah.

"Selain itu, kapasitas logistik India dari tambang ke pembangkit juga masih belum mencukupi," ujarnya.

Pacu Ekspor ke China

Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli menyebut batu bara yang diekspor oleh Indonesia ke India adalah batu bara dengan kalori rendah. Batu bara jenis ini juga diekspor ke beberapa negara, terutama China.

"Jika India mengurangi volume impor batu bara dari Indonesia, maka kami upayakan untuk meningkatkan ekspor ke beberapa negara importir lainnya [termasuk China]. Mengingat masih tingginya permintaan untuk batu bara Indonesia ke negara-negara tersebut,” ujarnya, Rabu (5/4/2023).

Kapasitas pembangkit batu bara di dunia. (Sumber: Bloomberg)

Selain itu, upaya yang bisa dilakukan pelaku industri pertambangan adalah meningkatkan penggunaan batu bara di dalam negeri. Batu bara tersebut dapat dipasok untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, smelter, pabrik semen, dan pabrik pupuk.

"Di samping itu, juga perlu dipikirkan untuk percepatan penghiliran untuk batu bara agar dapat memanfaatkan keberadaan batu bara yang cukup besar sumber daya dan cadangannya di Indonesia," tegasnya.

Menyitir laporan IEA, China dan India merupakan konsumen, importir, sekaligus produsen batu bara teratas dunia. Menanggapi kenaikan harga dan kekurangan pasokan, kedua negara berlomba memacu produksi batu bara dalam negeri setelah musim panas 2021.

Pada Maret 2022, produksi China mencapai level tertinggi bulanan baru dan akan naik ke rekor tahunan baru. Pertumbuhan produksi batu bara China diproyeksikan naik 8% untuk setahun penuh, demi mengurangi kebutuhan impor dan mengisi kembali stok. 

Harga batu bara. (Sumber: Bloomberg)

Di India, pemerintah telah lama berupaya meningkatkan produksi untuk mengurangi impor. Pada 2021, produksi batu bara mencapai 800 juta ton untuk pertama kalinya. Menurut perkiraan IEA, produksi India bakal melampaui 1 miliar ton pada 2025. 

India, produsen terbesar ketiga di dunia, juga diperkirakan menggenjot produksi untuk mencapai level tertinggi baru pada tahun ini, dengan ekspor memainkan peran yang lebih penting daripada permintaan domestik. 

Dengan pertumbuhan produksi yang relatif kecil di Amerika Serikat dan bahkan di Eropa, produksi batu bara global ditaksir menembus di atas 8 miliar ton pada 2022, alias rekor tertinggi sepanjang sejarah. 

(wdh)

No more pages