Seperti yang diwartakan Bloomberg News, data ekonomi AS yang luas menggambarkan perlambatan pertumbuhan AS di sepanjang paruh pertama tahun ini. Data ini terkait dengan kebijakan suku bunga acuan yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama (Higher for Longer) dari Federal Reserve dan sengatan inflasi yang berkepanjangan.
US. Economic Bureau of Economic Analysis memaparkan, ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh 1,4% secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) pada Kuartal I-2024 dalam pembacaan ketiga atau final. Sekaligus menjadi yang terendah sejak Kuartal II-2022.
Sementara pemesanan barang tahan lama (Durable Goods) pada Mei hanya tumbuh 0,1% qtq. Lebih rendah dibandingkan sebelumnya yang 0,2% qtq. Adapun pemesanaan durable goods sudah melambat 4 bulan berturut-turut.
Pendapatan pribadi masyarakat juga hanya ada kenaikan 1,5% pada Kuartal I-2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya–sekaligus menjadi kenaikan tahunan terkecil sejak 2022.
Selain itu, permintaan tenaga kerja–sumber utama pertumbuhan pendapatan yang mendorong pengeluaran– juga sedang moderat. Klaim Pengangguran Berkelanjutan, proxy untuk jumlah orang yang menerima tunjangan pengangguran, melonjak ke level tertinggi sejak 2021. Hal ini menggambarkan bahwa orang Amerika Serikat yang tidak bekerja, membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan pekerjaan lain.
Total Klaim Tunjangan Pengangguran (Unemployment Benefits) pada pekan 15 Juni bertambah 18.400. Jadi, saat ini total klaim tunjangan pengangguran mencapai 1,84 juta. Ini menjadi yang tertinggi sejak November 2021.
"Kami memperkirakan aktivitas konsumen dan bisnis akan melambat pada paruh kedua tahun 2024, memberikan peluang yang cukup bagi The Fed untuk mulai menurunkan suku bunga akhir tahun ini," kata Jeff Roach, Kepala Ekonom di LPL Financial.
Data-data terbaru ini membuat asa pemangkasan suku bunga acuan kembali meningkat.
Mengutip CME FedWatch Tools pagi ini, probabilitas Bank Sentral Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) ke 5,00–5,25% dalam rapat September menanjak ke angka keyakinan 57,9% lebih tinggi dari sebelumnya yang sempat menyentuh 56%.
Kemudian, Federal Funds Rate diperkirakan bakal turun lagi 25 bps ke 4,75–5,00% pada rapat Desember. Peluangnya bertambah menjadi 42,9% juga lebih tinggi dari sebelumnya di angka 42%.
Kemudian nanti malam, AS akan mengumumkan angka inflasi yang digambarkan oleh PCE, yang menjadi indeks favorit The Fed dalam merumuskan kebijakan moneternya.
Konsensus sejauh ini memperkirakan, inflasi inti PCE pada Mei akan melandai ke 0,1% dari bulan sebelumnya 0,2% dan juga secara tahunan di 2,6% dari 2,8%.
Sedangkan inflasi umum PCE diramal di angka 2,6% tahunan dibandingkan dengan bulan April 2,7%, sedangkan daripada itu, secara bulanan diprediksi 0,0% dibanding April 0,3%.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,90% ke 6.967 dan masih didominasi oleh volume pembelian, penguatannya mampu menembus resistance terdekatnya di 6.959.
“Diperkirakan, selama IHSG masih mampu berada di atas 6.843 sebagai support terdekatnya, maka posisi IHSG saat ini diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave [v] dari wave 1 dari (3) pada label hitam” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (28/6/2024).
Herditya juga memberikan catatan, waspadai, apabila IHSG kembali terkoreksi agresif dan menembus 6.639, maka IHSG akan menguji 6.450-6.562 pada label merah.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ASII, BBNI, CPIN, dan PNLF.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG rawan profit taking di perdagangan Jumat (28/6).
“Indeks-indeks Wall Street menguat terbatas di Kamis (27/6) jelang rilis data US. PCE Price Index. PCE Price Index diperkirakan turun 10 bps mom ke 2.6% yoy di Mei 2024. Memang masih jauh dari target 2% yoy, tapi setidaknya perlambatan inflasi dapat memperkuat peluang pemangkasan suku bunga acuan,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi INDF, UNVR, CTRA, PGEO, dan MYOR.
(fad)