Dalam IUPK tersebut, disebutkan bahwa PTFI memiliki hak perpanjangan operasi hingga 2041, dengan syarat PTFI menyelesaikan pembangunan smelter baru dan memenuhi kewajiban perpajakan kepada Pemerintah Indonesia.
Lika-liku Pembangunan
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menggambarkan pembangunan smelter di Manyar sebagai perjalanan panjang.
Sebelum ditetapkan di Manyar, kata Bahlil, pembangunan smelter sempat mau bergeser ke areal Weda Bay, Maluku Utara. Selain itu, pembangunan smelter di Manyar juga mengundang protes dari masyarakat Papua.
“Papua juga minta, kenapa copper dari Papua, dibangun di Jawa Timur?,” ujar Bahlil dalam agenda Peresmian Operasi Smelter Manyar yang disiarkan secara virtual, Kamis (27/6/2024).
Akhirnya, pembangunan smelter diputuskan di Manyar pada 2021. Namun, saat itu pembangunan juga sempat tertunda karena adanya Pandemi Covid-19. “Lalu hari ini, sama-sama kita bisa menyaksikan dengan proses commissioning operasi,” ujarnya.
Proses Produksi
Walaupun sudah diresmikan, Tony memproyeksikan, smelter Manyar bakal mulai melakukan produksi katoda tembaga pada Agustus 2024.
“Mulai operasi ini perlu waktu sekitar 6—10 minggu untuk memanaskan semuanya, terutama furnace. Setelah itu baru akan dimasukkan konsentratnya, diolah, dibentuk anode casting, copper anode, kemudian dibawa ke electro refinery,” ujar Tony.
Lalu, proses di electro refinery bakal memerlukan waktu sekitar 3 pekan. Dengan demikian, produksi katoda tembaga pertama terjadi pada sekitar pertengahan Agustus atau paling lambat September.
Produksi pada periode tersebut dilakukan dengan kapasitas sebesar 50% atau sekitar 850.000 ton konsentrat tembaga per tahun yang bakal diinput ke smelter tersebut.
Namun, Tony memastikan kapasitas input konsentrat tembaga bakal meningkat setiap bulan sekitar 10% hingga 15%. Dengan demikian, kapasitas input konsentrat tembaga ke smelter tersebut bakal mencapai 100% pada Desember yakni sebesar 1,7 juta ton.
Dalam kapasitas penuh, smelter bakal memiliki kemampuan untuk mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga yang bakal menghasilkan 600—700 ton katoda tembaga.
“Pada saat yang bersamaan akan selesai pembangunan Precious Metal Refinery yang akan memurnikan lumpur anoda menjadi emas batangan, perak batangan dan beberapa mineral lainnya. Jumlah emasnya kira-kira 50 sampai 60 ton dan perak sekitar 220 ton per tahun,” ujarnya.
Terlambat Gegara Pandemi Covid-19
Adapun, jadwal tersebut mundur dari target yang ditetapkan sebelumnya pada Mei 2024.
Sebelumnya, padahal, Tony mengatakan pabrik katoda tembaga terbesar di dunia itu bakal beroperasi penuh pada Mei 2024, sesuai dengan syarat perpanjangan IUPK Freeport.
"Progresnya per Agustus sudah 78%. Kami yakin Mei 2024 selesai, sudah mulai bisa beroperasi," ujar Tony saat wawancara bersama Bloomberg Technoz, Kamis (14/9/2023).
Dalam sebuah kesempatan, Bahlil tidak menampik bahwa pembangunan smelter tersebut mundur dari target yang ditetapkan. Hal tersebut pun terjadi karena pandemi Covid-19.
“Smelter Freeport di Gresik target Mei, tetapi molor 1–2 bulan. Sekarang sudah commissioning, sudah berproduksi. Kenapa terlambat? kita semua tahu kemarin kan Covid,” ujar Bahlil.
(dov/dhf)