Dalam kaitan itu, Suparsin mencontohkan jika NCKL hanya membutuhkan dana sekitar US$1,2 miliar dalam proyek smelter hidrometalurgi PT Halmahera Persada Lygend (HPL) berkapasitas yang tak jauh berbeda, yakni 55 ribu ton per tahun.
"Jadi kalau mereka melihat ini tidak menarik lagi, [itu menjadi urusan lain]. Tapi kalau dari sisi kami, yang tadi disampaikan mengenai cash margin dari HPL itu masih sekitar 30-40% menurut kami [proyek] ini masih sangat menarik," jelas dia.
Mundurnya BASF dalam proyek Sonic Bay tersebut lantaran perusahaan menilai prospek kendaraan listrik telah meredup pada tahun lalu.
Ketersediaan nikel berkualitas baterai secara global telah meningkat sejak proyek ini dimulai, BASF mengatakan pada Senin (24/6/2024) dalam sebuah pernyataan resmi. Perusahaan tidak lagi melihat perlunya investasi sebesar itu, katanya.
Sementara itu, Eramet tak membeberkan detil ihwal ikut hengkang dalam proyek tersebut. Hanya saja, perusahaan mengatakan akan terus mengevaluasi potensi investasi dalam rantai nilai baterai nikel untuk kendaraan listrik di Indonesia dan akan terus memberikan informasi kepada pasar pada waktunya.
"Setelah melakukan evaluasi mendalam, termasuk strategi pelaksanaan proyek, kedua mitra memutuskan untuk tidak melakukan investasi ini,” ujar Eramet melalui pernyataannya.
(ibn/dhf)