Perinciannya, emisi polutan udara dari PLTU Cirebon 1 menyebabkan 441 kematian, PLTU Pelabuhan Ratu 1-3 mengakibatkan 421 kematian, sedangkan PLTU Suralaya 1-4 menimbulkan 401 kematian.
Selain itu, CREA menilai dua proyek percontohan yang masuk dalam Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) dari Just Energy Transition Partnership (JETP) hanya mampu mengatasi sebagian polusi udara dari PLTU batu bara.
Hal itu sebagaimana termaktub dalam riset teranyar CREA bertajuk “Manfaat Kesehatan dan Ekonomi dari Pensiun Dini Pembangkit Listrik Batubara Pertama di Bawah JETP Indonesia”.
Menurut CREA, apabila 10 PLTU dengan dampak kesehatan tertinggi serta dua kompleks dengan umur operasi cukup tua yang berlokasi di Pulau Jawa dapat disasar sebagai kandidat pensiun dini, Indonesia akan terhindar dari dampak di masa depan sekitar lima kali lipat.
Saat ini, pengoperasian PLTU berdampak tinggi di sekitar Pulau Jawa diperkirakan menyebabkan 6.928 kematian akibat dampak polusi udara dan biaya ekonomi sebesar USD4,8 miliar (Rp71,3 triliun) setiap tahun.
Jenis Penyakit
Sementara itu, Program Director Kesehatan untuk Bumi (KEBUMI) Raynaldy Budhy Prabowo mengatakan, saat ini faktor risiko penyakit paru-paru akibat paparan polusi udara terus meningkat.
Faktor risiko PPOK dari polusi udara kini berada di level 22,4-36,6%, sedangkan asma tercatat di level 27,95%. Sementara itu, penyakit pneumonia di level 10-32%, kanker paru-paru di level 3-12,5%, dan tuberkulosis (TBC) di level 1,2-12,2%.
(dov/frg)