Bloomberg Technoz, Jakarta - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Brigjen Nugraha Gumilar menegaskan bahwa aksi peretasan yang menimpa Badan Intelijen Strategis (BAIS) dan dipublikasikan grup hacker yang mengaku MoonzHaxor beberapa waktu lalu adalah data lama.
“Data yg diretas adalah data lama dan dirlis tahun 2024,” jelas Nugraha saat dikonfirmasi, Kamis (27/6/2024).
Forum dark web BreachForums mempertontonkan sampel data hasil peretasan yang diklaim milik BAIS berisi sekitar 2.000 database hingga nama-nama anggota intelijen negara dalam format .Sql serta dokumen negara bersifat rahasia dari para anggota BAIS berbentuk PDF.
MoonzHaxor menawarkan data BAIS ini masing-masing US$1.000 dan US$7.000, atau total sekitar Rp130 juta dalam bentuk koin kripto, termasuk koin Menero ($XMR).
Demi memastikan keamanan, lanjut Nugraha, pihaknya telah mematikan server pusat data. Di sisi lain, TNI juga tetap melakukan penyelidikan tahap lanjutan.
Diketahui terdapat unggahan akun media sosial X (dulu bernama Twitter) @FalconFeeds.io terkait aksi peretasan yang menimpa lembaga militer negara Indonesia itu.
“Pembobolan ini menyusul insiden serupa pada tahun 2021 di mana jaringan internal Badan Intelijen Negara disusupi oleh kelompok-kelompok China,” tulis @FalconFeeds.io.
Atas informasi dari media sosial X, Nugraha tengah melakukan pengecekan dengan melibatkan tim siber TNI.
Ardi Sutedja dari Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) saat dihubungi di Jakarta, menyatakan semakin masifnya serangan siber yang menimpa berbagai instansi menunjukkan Indonesia sudah memasuki perang siber.
(wep)