"Pembeli Korea Selatan dan Asia Tenggara ragu dengan EV karena harga yang mahal dan ukuran besarnya," tambah Kim.
Perusahaan otomotif global, mulai dari Hyundai, Tesla hingga Ford Motor Co sedang mengembangkan EV yang lebih terjangkau karena suku bunga tinggi memberatkan konsumen dan ekspor EV berharga murah tapi berteknologi tinggi oleh China meningkat.
BYD Co berencana membawa model Seagull yang dijual di China kurang dari US$10 ribu ke Eropa tahun depan. Bahkan setelah tarif dan modifikasi model untuk memenuhi standar Eropa, BYD memperkirakan Seagull bisa dijual kurang dari 20 ribu euro di wilayah itu.
"Target kami sejak awal adalah membuat kendaraan bagi konsumen di Eropa dengan harga di bawah 25 ribu euro," kata Andreas-Christoph Hoffman, wakil presiden marketing dan produk Hyundai di Eropa, dalam pernyataan tertulis.
Hyundai menjual lebih dari 635 ribu kendaraan di Eropa tahun lalu. Eropa adalah wilayah ketiga terbesarnya setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Meski pertumbuhan di Eropa dan AS memicu pencapaian profit tertinggi bagi perusahaan Korea Selatan ini, penurunan penjualan di China semakin cepat.
Kelompok usaha pembuat mobil terbesar ketiga di dunia ini sekarang hanya memiliki pangsa pasar di bawah 1% di China, turun dari 10% di puncak kejayaannya pada 2009.
Sementara China dan Uni Eropa berseteru soal tarif untuk EV buatan China, Renault SA dan Stelllantis NV berhasil mencapai kesepakatan dengan para pesaing China untuk masuk ke pasar kendaraan listrik lebih murah di Eropa. Renault akan mengembangkan sebagian besar model Twingo berharga 20 ribu euro di China.
Untuk Inster, Hyundai tidak menggunakan basis EV mahal yang dimanfaatkan untuk Ioniq 5 dan Ioniq 6. Perusahaan ini memproduksi Inster sebagai varian listrik dari model mobil kota Casper yang bertenaga bahan bakar fosil.
(bbn)