Pernyataan terbaru sejumlah pejabat The Fed sebelumnya yang cenderung Hawkish serta makin mengikis peluang pemangkasan suku bunga karena mereka masih melihat ada risiko lonjakan inflasi ke depan.
"Ini semua tentang The Fed. Suku bunga yang ada di level tinggi lebih lama (Higher for Longer) berarti menjaga suku bunga tetap tinggi, menarik dana global ke Amerika dan membuat dolar AS tetap kuat," kata Andrew Brenner, Head of International Fixed Income di NatAlliance Securities LLC. seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Sementara itu, dari dalam negeri, acuan investasi global, HSBC, menurunkan rekomendasinya untuk saham-saham di Indonesia dari sebelumnya Overweight menjadi Neutral. Ini menjadi langkah kesekian lembaga keuangan dan investasi global yang menilai saham-saham di Indonesia ‘Kurang Menarik’, setelah sebelumnya Morgan Stanley juga memangkas rekomendasinya.
Salah satu pertimbangannya, saham-saham di Indonesia diprediksi akan terpukul oleh depresiasi rupiah yang amat dalam, ditambah lagi dengan tingkat suku bunga yang tinggi.
Pada saat yang bersamaan, ketidakpastian kebijakan muncul imbas dari transisi pemerintah yang ke depan akan dipimpin oleh Prabowo Subianto.
Isu fiskal yang sempat menekan pasar beberapa waktu lalu, meski sudah dimoderasi oleh pernyataan komitmen kesinambungan fiskal oleh Satgas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo-Gibran pada Senin lalu, masih belum sepenuhnya tuntas.
Ambisi belanja yang begitu besar oleh pemerintahan baru kelak akan menuntut pembiayaan utang yang lebih besar, dan juga sudah mendapatkan peringatan oleh Anggota Dewan agar Pemerintah lebih memiliki prioritas.
(fad)