Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Kamis 27 Juni 2024, berpotensi bergerak Mixed (Bervariasi) dibayangi sikap wait and see pasar terhadap komentar terbaru dari pejabat Bank Sentral Amerika Serikat. Juga terhadap lembaga keuangan HSBC Holdings Plc. yang memangkas atau Downgrade prospek Bursa Saham RI.
Adapun pada perdagangan kemarin di Rabu 26 Juni, IHSG melaju dengan kenaikan 22,93 poin, atau menguat 0,33% dan menutup perdagangan pada level 6.905.

Secara teknikal IHSG masih ada potensi untuk lanjut menguat, dengan keberhasilan terus kuat di atas support 6.870, dengan itu, IHSG berpeluang menguat menuju 6.940 yang mencerminkan makin mendekati MA-200 potensialnya, serta level 7.000 sebagai resistance selanjutnya.
Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global dan regional. Sentimen global yang menekan aset-aset di Emerging Market, termasuk Indonesia bersumber dari prospek kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed).
Indeks kekuatan greenback menyentuh level tertinggi sejak November pada Rabu, yang tadi malam menyentuh 106 dan pagi ini melanjutkan keperkasaan di 106,05. Mendorong Yield surat utang AS, US-Treasury, merangkak naik lagi di semua tenor di mana UST-10Y melonjak 9 bps ke level 4,337%.
Pernyataan terbaru sejumlah pejabat The Fed sebelumnya yang cenderung Hawkish serta makin mengikis peluang pemangkasan suku bunga karena mereka masih melihat ada risiko lonjakan inflasi ke depan.
"Ini semua tentang The Fed. Suku bunga yang ada di level tinggi lebih lama (Higher for Longer) berarti menjaga suku bunga tetap tinggi, menarik dana global ke Amerika dan membuat dolar AS tetap kuat," kata Andrew Brenner, Head of International Fixed Income di NatAlliance Securities LLC. seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Mengutip CME FedWatch Tools pagi ini, probabilitas Bank Sentral Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) ke 5,00–5,25% dalam rapat September terperosok ke angka 56,2% jatuh dari sebelumnya yang sempat menyentuh 61,1%.
Kemudian, Federal Funds Rate diperkirakan ‘Masih’ bisa turun lagi 25 bps ke 4,75–5,00% pada rapat Desember. Peluangnya tersisa 42% juga melandai dari sebelumnya di angka 45,9%.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor mengantisipasi rilis data Personal Consumption Expenditure (PCE) Price Index AS pada Jumat dengan harapan perlambatan laju PCE Price Index akan membuka peluang Federal Reserve memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
“Sementara itu, pejabat tinggi Federal Reserve memohon kesabaran investor berkaitan dengan pemangkasan suku bunga. Gubernur Federal Reserve Lisa Cook mengatakan bahwa Federal Reserve berada di jalur yang benar untuk menurunkan suku bunga jika kinerja ekonomi memenuhi ekspektasi dirinya. Namun, Cook menolak untuk mengatakan kapan Federal Reserve akan bertindak,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Gubernur Federal Reserve Michelle Bowman juga mempertegas pandangannya bahwa mempertahankan tingkat suku bunga kebijakan stabil untuk beberapa waktu mungkin akan cukup untuk mengendalikan inflasi.
Sementara itu, dari dalam negeri, acuan investasi global, HSBC, menurunkan rekomendasinya untuk saham-saham di Indonesia dari sebelumnya Overweight menjadi Neutral. Ini menjadi langkah kesekian lembaga keuangan dan investasi global yang menilai saham-saham di Indonesia ‘Kurang Menarik’, setelah sebelumnya Morgan Stanley juga memangkas rekomendasinya.
Salah satu pertimbangannya, saham-saham di Indonesia diprediksi akan terpukul oleh depresiasi rupiah yang amat dalam, ditambah lagi dengan tingkat suku bunga yang tinggi.
Pada saat yang bersamaan, ketidakpastian kebijakan muncul imbas dari transisi pemerintah yang ke depan akan dipimpin oleh Prabowo Subianto.
Isu fiskal yang sempat menekan pasar beberapa waktu lalu, meski sudah dimoderasi oleh pernyataan komitmen kesinambungan fiskal oleh Satgas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo-Gibran pada Senin lalu, masih belum sepenuhnya tuntas.
Ambisi belanja yang begitu besar oleh pemerintahan baru kelak akan menuntut pembiayaan utang yang lebih besar, dan juga sudah mendapatkan peringatan oleh Anggota Dewan agar Pemerintah lebih memiliki prioritas.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,33% ke 6.905 disertai dengan munculnya volume pembelian, namun penguatan IHSG masih tertahan oleh MA-20.
“Saat ini, diperkirakan posisi IHSG masih rawan untuk kembali terkoreksi menguji 6.800-6.855, namun selama masih mampu berada di atas 6.698 sebagai supportnya, maka posisi IHSG saat ini diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave 1 dari wave (3) pada label hitam,” papar Herditya dalam risetnya pada Kamis (27/6/2024).
Herditya juga memberikan catatan, waspadai, apabila IHSG kembali terkoreksi agresif dan menembus 6.639, maka IHSG akan menguji 6.450-6.562 pada label merah.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ESSA, MAPI, PANI, dan ULTJ.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG rawan pullback ke bawah 6.900.
“IHSG sempat uji MA-50 di kisaran 6.940, sebelum ditutup di kisaran pivot 6.900 di Rabu (26/6). IHSG kembali membentuk pola upper shadow panjang dari pergerakan tersebut. Stochastic RSI yang berada di Overbought area mengindikasikan kondisi rawan profit taking atau konsolidatif pada IHSG untuk beberapa waktu kedepan. IHSG diperkirakan masih akan bergerak sideways di rentang 6.830-6.960 di Kamis (27/6),” tulisnya.
Pasar mengantisipasi data inflasi dan belanja masyarakat AS di Jumat (28/6). Data-data tersebut diyakini berperan besar dalam mempengaruhi arah keputusan kebijakan moneter The Fed.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BFIN, HRUM, ARTO, ICBP, dan INDY.
(fad)