Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) terperosok semakin murah hari ini, Kamis (27/6/2024). Harga emas batangan yang dijual oleh BUMN itu turun Rp11.000 ke level Rp1.350.000 per gram.

Penurunan harga emas Antam itu terseret kejatuhan harga emas di pasar internasional yang tertekan kebangkitan nilai dolar Amerika Serikat (AS). Emas memiliki posisi sama-sama sebagai aset safe haven bersama dolar AS, yakni aset yang dianggap aman di kala situasi pasar penuh ketidakpastian atau turbulensi.

Namun, pergerakan kedua aset tersebut berlawanan. Ketika dolar AS menguat, harga emas biasanya tertekan. Begitu juga sebaliknya, ketika dolar AS melemah, harga emas melesat. Itu karena emas tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset) sehingga dalam situasi bunga global yang tinggi, ia relatif tersisihkan ketimbang the greenback. Dengan kini potensi penurunan bunga acuan Federal Reserve terkikis, emas makin kalah pamor dengan dolar AS.

Kejatuhan harga emas global juga menyeret harga beli kembali (buyback price) emas Antam. Harga buyback menjadi acuan bagi investor yang hendak menjual koleksi emasnya kembali ke Antam. Hari ini, buyback price Antam bahkan anjlok lebih dalam hingga Rp15.000 menjadi Rp1.220.000 per gram.

Dengan demikian, selisih antara harga jual emas Antam dengan harga buyback menjadi kian lebar, mencapai Rp130.000 per gram. 

Pada Rabu malam kemarin, harga emas dunia di pasar spot global ditutup di US$2,298,5/troy ons. Terpangkas 0,93% dibandingkan hari sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak 7 Juni atau hampir 3 minggu terakhir.

Dalam sepekan terakhir, harga emas dunia telah berkurang 1,32% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga sudah terkikis 2,29%.

“Saat ini, pasar merespons penguatan dolar AS dan kemungkinan bank sentral Federal Reserve tidak bisa menurunkan suku bunga acuan pada musim panas ini,” kata Bart Melek, Head of Commodity Strategies di TD Securities, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Kemarin, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,36% ke 106,05, tertinggi sejak 30 April atau hampir 2 bulan terakhir. Bahkan indeks ini sempat menyentuh level 107 pada perdagangan intraday.

(rui)

No more pages