"Ini semua tentang The Fed. Bunga tinggi lebih lama berarti menjaga suku bunga tetap tinggi, menarik dana global ke Amerika dan membuat dolar AS tetap kuat," kata Andrew Brenner, Head of International Fixed Income di NatAlliance Securities LLC, dikutip dari Bloomberg.
Penjualan rumah baru di AS pada Mei tercatat anjlok akibat kenaikan harga dan bunga KPR yang masih tinggi. Penjualan rumah di negeri itu turun 11,3% ke angka terendah sejak November. Seharusnya data ini memberikan angin bagi ekspektasi penurunan bunga The Fed menilik gejala tekanan konsumsi di AS semakin kentara.
Akan tetapi, pasar sepertinya masih gamang karena pernyataan pejabat The Fed sebelumnya yang cenderung mengikis peluang penurunan karena mereka masih melihat ada risiko lonjakan inflasi ke depan.
Dominasi AS di pasar keuangan global semakin terlihat di mana tadi malam saat indeks dolar ditutup pada level tertinggi baru tahun ini dan menekan mata uang-mata uang dunia lainnya, saham di bursa di Wall Street sedang dalam perjalanan untuk mengakhiri kuartal yang kuat. Sementara itu, Kementerian Keuangan AS dengan mudah menemukan pembeli untuk surat utang senilai US$70 miliar yang dilelang.
Selain dikepung sentimen negatif global dan regional, rupiah tidak memiliki kekuatan cukup dari dalam negeri untuk mengimbangi tekanan eksternal. Bank investasi global, HSBC, menurunkan rekomendasinya untuk saham-saham di Indonesia dari Overweight menjadi Neutral. Ini menjadi langkah kesekian bank investasi global yang menilai saham-saham di Indonesia kurang menarik, setelah sebelumnya Morgan Stanley juga menurunkan rekomendasinya.
Isu fiskal yang sempat menekan pasar beberapa waktu lalu, meski sudah dimoderasi oleh pernyataan komitmen kesinambungan fiskal oleh Satgas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo-Gibran pada Senin lalu, masih belum sepenuhnya tuntas. Ambisi belanja yang begitu besar oleh pemerintahan baru kelak akan menuntut pembiayaan utang yang lebih besar dan sudah mendapatkan peringatan oleh Parlemen agar pemerintah lebih memiliki prioritas.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan, setelah kemarin terkontraksi dengan cepat break support kuatnya.
Rupiah hari ini berpotensi terkoreksi menuju area Rp16.420-Rp16.440/US$. Trendline channel sebelumnya break dan tertembus yang menjadi support terkuat rupiah kini menjadi level resistance terdekat pada Rp16.400/US$.
Apabila pelemahan kembali berlanjut dengan tekanan yang tinggi, ada trendline garis kuning pada level Rp16.450/US$ akan jadi support paling krusial, bersama Rp16.480/US$, sekaligus support psikologis rupiah.
(rui)