Dulu disebut sebagai surga belanja terutama di kalangan turis Tiongkok, kota ini menghadapi persaingan yang semakin meningkat dari destinasi seperti pulau bebas pajak Hainan dan pusat kasino Makau.
Cartier, Chanel, Dior, Hermes, Louis Vuitton, Prada, Saint Laurent, Sotheby’s, Tiffany & Co. dan Van Cleef & Arpels diperkirakan akan menghabiskan US$600 juta (Rp9,8 triliun) secara kolektif untuk perlengkapan toko baru.
Bagi Hongkong Land, proyek ini akan menelan biaya US$400 juta (Rp6,5 triliun). Para penyewa rata-rata memiliki komitmen sewa 10 tahun di Landmark.
Ruang toko yang lebih besar lebih dari 20.439 meter persegi akan memungkinkan merek-merek menyediakan berbagai macam produk dan lebih banyak area pribadi yang melayani pelanggan utama.
Untuk menyediakan ruang, Hongkong Land akan mengonversi dua lantai terendah dari sepasang gedung perkantoran. Penyewa kantor yang terkena dampak akan dipindahkan dalam portofolio pemilik properti di Central.
“Kami tentu tetap sangat yakin tentang prospek jangka panjang Hong Kong mengingat konsentrasi kekayaan dan pengembangan” kota ini, kata Alvin Kong, seorang direktur eksekutif di Hongkong Land, dalam sebuah wawancara.
Pemilik properti memulai percakapan dengan penyewa tentang peningkatan ruang ritel sekitar dua tahun lalu.
"Ketika kami berbicara dengan mereka tentang rencana masa depan, kami merasakan bahwa ada minat umum untuk berinvestasi di Hong Kong dan Central untuk meningkatkan kehadiran mereka lebih lanjut" di distrik bisnis tersebut, kata Kong.
Rencana investasi ini datang di tengah penurunan penjualan ritel di kota tersebut, dengan nilai transaksi turun 14,7% pada bulan April dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penurunan terbesar sejak Juli 2020, menurut data pemerintah.
Penjualan pakaian dan sepatu turun 24% sementara penjualan perhiasan dan jam tangan turun hampir 29%.
Menurut kepala petugas ritel di Hongkong Land, Alexander Li, Landmark lebih tangguh terhadap perubahan pola pariwisata karena 80% pelanggannya adalah penduduk lokal.
Li juga mengatakan, tujuh puluh pelanggan teratas mal tersebut menghabiskan gabungan HK$1 miliar (Rp2 triliun) tahun lalu dan HK$500 juta (Rp1 triliun) pada tahun ini.
"Anda dapat melihat momentum ini masih kuat di antara pembelanja teratas."
Proyek ini akan berlangsung selama tiga tahun, dengan pekerjaan dimulai pada kuartal ini. Mal akan tetap buka selama proyek berlangsung, tetapi akan ada "penurunan sementara yang moderat dalam pendapatan ritel," menurut Li.
Hongkong Land adalah salah satu pemilik properti komersial terbesar di Central. Kantornya menampung perusahaan-perusahaan seperti JPMorgan Chase & Co sementara ruang ritelnya mencantumkan merek-merek terbesar di dunia sebagai penyewa. Pendapatan perusahaan turun 18% pada tahun 2023.
(bbn)