Pada saat yang sama, indeks dolar AS bangkit lagi mendekati 106 akibat pernyataan bernada hawkish dari pejabat The Fed dini hari tadi. Gubernur The Fed Michelle Bowman menyatakan, ia melihat masih ada risiko kenaikan inflasi sehingga menurunkan bunga acuan terlalu cepat justru akan memicu potensi kenaikan bunga lagi di masa mendatang.
"Mengurangi policy rate terlalu cepat bisa memicu lonjakan inflasi lagi, yang membutuhkan kenaikan bunga acuan lebih lanjut di masa depan untuk mengembalikan inflasi ke target 2% dalam jangka panjang," kata Bowman.
Alhasil, pasar pun diselimuti sentimen negatif lagi. Valuta Asia mayoritas tergerus turun sampai siang ini. MSCI Emerging Market Currency Index turun 0,2% lalu MSCI Emerging Market Stock Index masih naik 0,1%.
Rupiah dan dolar Taiwan memimpin pelemahan mata uang regional sampai siang ini dengan penurunan nilai hingga 0,35%, disusul oleh baht Thailand 0,21%, lalu ringgit Malaysia 0,21%, rupee India 0,19%, dolar Singapura 0,12%.
Bank Indonesia terpantau ada di pasar mengintervensi pelemahan rupiah. Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto menyatakan BI ada di pasar untuk memastikan keseimbangan penawaran dan permintaan valas di pasar, seperti dilansir Bloomberg.
Edi bilang, pelemahan rupiah adalah karena sinyal terbaru The Fed yang tidak mau terburu-buru memotong bunga acuan berbarengan dengan permintaan dolar AS dari korporasi yang meningkat. Sementara suplai valas dari para eksportir disebut masih terlihat memadai di pasar saat ini.
Sukuk global diserbu
Pemerintah menjual Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk global senilai US$2,35 miliar dalam tiga seri bertenor 5 tahun, 10 tahun dan 30 tahun. Seri INDOIS-5Y (jatuh tempo 2029) terjual US$US$750 juta, memberikan imbal hasil 5,1%. Lalu INDOIS-10Y (jatuh tempo 2034) dengan yield 5,2% terjual US$1 miliar dan INDOIS-30Y (jatuh tempo 2054) memberi yield 5,5% terjual US$600 juta.
Imbal hasil itu cukup tinggi bila dibanding yield SBN valas di pasar saat ini (INDON). INDON tenor 5Y siang ini ada di 4,96%, lalu 10Y ada di 5,06% dan 30Y ada di 5,40%.
Sementara bila dibanding yield US Treasury, surat utang AS yang menjadi acuan surat utang berdenominasi dolar AS, untuk tenor UST-5Y siang ini ada di kisaran 4,29%, lalu 10Y di 4,26% dan 30Y ada di 4,39%.
Imbalan tinggi diberikan pemerintah kendati animo pasar cukup besar menyerbu sukuk global tersebut dengan nilai pemesanan masuk mencapai US$4,5 miliar untuk tiga tenor tersebut.
Penjualan sukuk global dengan nilai cukup besar itu akan menambah cadangan devisa RI bulan ini yang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Pada akhir Mei, posisi cadev RI mencapai US$139 miliar, bertambah sekitar US$2,8 miliar dalam satu bulan sebagian disumbang oleh hasil penjualan samurai bond senilai US$1,3 miliar bulan lalu.
(rui)