Logo Bloomberg Technoz

Tak hanya itu, rendahnya pertumbuhan sektor manufaktur juga menjadi perhatiannya. Pasalnya, menurut Mahendra, rendahnya pertumbuhan tersebut turut mendorong pelemahan kualitas tenaga kerja.

Terakhir, Mahendra mewaspadai permintaan domestik yang cenderung rendah, sebab bisa memberikan risiko kepada sektor jasa keuangan.

Dengan begitu, berdasarkan asesmen yang dilakukan pihaknya, Mahendra memprediksi bahwa kebijakan moneter dalam negeri masih akan difokuskan untuk menjaga stabilitas rupiah.

Sementara kinerja sektor keuangan menurutnya akan melanjutkan normalisasi, namun dengan tetap mencermati pergerakan risiko kredit.

Lebih lanjut, Mahendra juga mengungkapkan proyeksi perekonomian global pada 2025. Menurutnya, ekonomi global masih tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan pada tahun ini. Terindikasi dari proyeksi ekonomi global yang diterbitkan World Bank dan IMF yang masing-masing sebesar 3,2% dan 2,7% untuk 2025.

“Untuk 2025 permintaan global diperkirakan masih melandai sehingga harga komoditas akan lebih stabil dan dengan berakhirnya El Nino,” ucapnya.

Sementara ekonomi Indonesia, menurut dia, akan meningkat seiring ekspansi fiskal pemerintah. Namun, persistensi kenaikan pertumbuhan tersebut akan dipengaruhi oleh keberhasilan reformasi struktural dan terjaganya investasi.

Terkait likuiditas di pasar, ia memprediksi akan meningkat pada tahun mendatang seiring ekspansi likuiditas global. Namun, perkembangan pasar akan turut dipengaruhi rencana pembiayaan program pembangunan nasional.

Dari sisi moneter, ia meramal bahwa kebijakan yang ditempuh oleh otoritas moneter akan lebih akomodatif pada tahun 2025. Sehingga kinerja sektor keuangan diprediksi meningkat seiring peningkatan pertumbuhan ekonomi pasar dan membaiknya likuiditas pasar.

(azr/lav)

No more pages