Sentimen tersebut sejatinya menjadi katalis positif bagi emiten-emiten perbankan, terutama The 'Big Four', meskipun kualitas kredit diproyeksikan akan tetap terjaga, didukung kebijakan restrukturisasi dan hapus buku untuk menekan peningkatan NPL. Risiko kredit macet juga akan terjaga stabil.
Pergerakan Harga Saham 4 Bank Besar RI
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada Rabu (26/6/2024), saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) misalnya, masih bergerak di teritori negatif pada pukul 11.20 WIB, melemah 100 poin, atau drop 1,04% ke posisi Rp9.500/saham.
Volume perdagangan saham BBCA juga didominasi aksi jual hingga mencatatkan total nilai transaksi cukup tinggi menyentuh Rp158,72 miliar. Dengan melibatkan 16,6 juta saham diperdagangkan, frekuensi sebanyak 4.347 kali.
Hal senada juga terjadi pada saham Bank Negara Indonesia (BBNI), yang juga melemah 20 poin atau terjungkal 0,45% ke posisi Rp4.460/saham. Dengan nilai transaksi perdagangan mencapai Rp41,57 milia, melibatkan sejumlah 9,26 juta saham.
Saham Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga mengalami tren serupa.
Saham BMRI melaju di zona merah, dengan melemah 25 poin atau terjatuh 0,42% ke posisi Rp5.900/saham dengan volume dan transaksi perdagangan cukup besar.
Berdasarkan data BEI nilai transaksi saham BMRI pada siang hari ini mencapai Rp240,92 miliar dengan volume perdagangan 40,32 juta saham pada perdagangan Rabu (26/6/2024). Dengan frekuensi sebanyak 8.222 kali.
Kemudian, saham BBRI juga masih tertekan dengan kehilangan 10 poin atau melemah 0,23% ke posisi Rp4.360/saham pada Sesi I.
Emiten bank terbesar di Indonesia ini diperdagangkan pada rentang harga Rp4.430 hingga terdalam Rp4.350. Total nilai transaksi perdagangan saham BBRI menyentuh Rp362,21 miliar, dengan volume perdagangan 82,54 juta saham berpindah tangan. Dengan itu, saham BBRI menjadi top turnover pada perdagangan tengah hari ini.
Adapun nantinya, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan menindaklanjuti usulan tersebut, dan menyampaikannya kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Adapun, ia mengatakan bahwa pada Oktober 2020 yang lalu besaran restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 tercatat sebesar Rp830 triliun dan per Maret tahun ini tercatat turun menjadi Rp228,2 triliun.
“Karena ini akan mengurangi perbankan mencadangkan kerugian akibat kredit KUR. Kalau kita lihat outstandingnya sudah turun banyak,” tambahnya.
(fad)