Ketiga, pasar. Eramet menilai pasar nikel global telah berubah selama beberapa tahun terakhir. Walhasil, penambang asal Prancis itu juga selektif dalam menambahkan potensi kelebihan kapasitas baru dari nikel kelas baterai
“Setelah melakukan evaluasi menyeluruh, Eramet dan BASF memutuskan untuk tidak melanjutkan proyek investasi bersama di kompleks pemurnian nikel-kobalt di Teluk Weda [Weda Bay], Indonesia,” terang Eramet, dikutip Rabu (26/6/2024).
Group Chief Development Officer Eramet Geoff Streeton mengatakan Eramet tetap fokus untuk mengoptimalkan potensi sumber daya tambang Weda Bay secara berkelanjutan untuk memasok bijih ke produsen nikel lokal, dan akan terus mengkaji peluang investasi dalam rantai nilai baterai EV di Indonesia yang mencakup nikel, litium, dan kobalt.
“Indonesia siap untuk memainkan peran penting dalam masa depan pasar nikel global secara keseluruhan,” ujar Geoff.
Sekadar catatan, BASF SE selaku mitra dari Eramet dalam Sonic Bay juga menyatakan mundur.
Dalam pernyataan resminya, BASF –perusahaan kimia terbesar di dunia asal Jerman– mengatakan ketersediaan nikel berkualitas baterai secara global telah meningkat sejak proyek ini dimulai. Dengan demikian, perusahaan tidak lagi melihat perlunya investasi sebesar itu.
Sonic Bay sendiri merupakan pabrik pemurnian atau smelter nikel/kobalt berbasis high pressure acid leach (HPAL) yang pada awalnya dirancang untuk memproses sebagian bijih dari tambang Weda Bay Nickel.
Targetnya adalah menghasilkan produk antara nikel dan kobalt, yakni sekitar 60.000 ton nikel dan 6.000 ton kobalt yang terkandung dalam endapan campuran hidroksida yang dikenal sebagai mixed hydroxide precipitates (MHP), sebagai bahan baku baterai electric vehicle (EV).
Smelter nikel-kobalt untuk bahan baku baterai EV pada awalnya ditargetkan untuk berproduksi pada 2026.
Selain itu, nickel and cobalt salts akan digunakan untuk memproduksi prekursor bahan aktif katoda (PCAM) dan bahan aktif katoda (CAM) untuk baterai litium-ion yang digunakan pada kendaraan listrik.
“Penggunaan bijih berkadar rendah akan memungkinkan eksploitasi bagian baru dari profil geologi lokasi tambang, sehingga mengoptimalkan potensi sumber daya alam,” tulis Eramet dalam situs resmi, dikutip Selasa (25/6/2024).
Sayangnya, BASF SE dan Eramet SA selaku investor justru menyatakan hengkang dari proyek, hanya selang setahun setelah digadang-gadang pemerintah.
Kedua investor Eropa itu padahal telah menargetkan bakal membuat keputusan investasi final atau final investment decision (FID) dari proyek Sonic Bay pada semester I-2024.
(dov/wdh)