Meski demikian, Welly menegaskan Sritex tidak takut jika terjadi pesaingan industri TPT antara Indonesia dengan China di RI selama berjalan secara adil.
"[Kami] tidak takut jika [ada] persaingan secara fair, tetapi pertanyaannya; apa hal ini bisa dikontrol oleh pemerintah? Negara seperti Amerika saja sudah banyak melakukan perubahan kebijakan dengan Cina," jelasnya.
Senada dengan Welly, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa meminta pemerintah menerapkan kebijakan yang menyetarakan medan kompetisi atau level of playing field di industri TPT nasional sebelum mengizinkan perusahaan China mengucurkan investasi besar-besaran ke sektor tersebut di dalam negeri.
Hal tersebut dibutuhkan agar industri pertekstilan lokal tetap terlindungi dan tidak kalah saing dengan masuknya raksasa manufaktur dunia di sektor tersebut.
"Kalau mereka [China] membuat industri di Indonesia, asal [pemerintah menerapkan] same playing field, kita harus bisa bersaing. [Isu] yang sekarang terjadi adalah masuknya pakaian jadi ke market Indonesia dengan harga yang sangat murah. [...] Sekarang [barang] yang banyak masuk ke market Indonesia adalah pakaian jadi sisa ekspor" kata Jemmy.
Meski begitu, Jemmy tidak memungkiri rencana investasi industri tekstil asal China ke Indonesia dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kapasitas industri TPT lokal.
Sebagai informasi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan terdapat satu perusahaan garmen asal China yang akan segera mengucurkan investasi pabrik tekstil di Indonesia.
Dalam kaitan itu, Luhut mengusulkan agar industri tersebut melakukan investasi di Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Menurut Luhut, industri tersebut bakal melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking bila permasalahan tanah selesai. Selain itu, Luhut juga mengatakan industri tersebut memiliki keinginan untuk membangun di Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.
Industri tersebut bakal beroperasi di Indonesia, dan membuka lapangan kerja hingga 108.000 pekerja yang juga bakal mendapatkan fasilitas tempat tinggal di asrama. Luhut mengatakan pemerintah bakal responsif terhadap kendala yang dihadapi oleh industri yang mau melakukan investasi.
Bila Indonesia memiliki keinginan agar ekonomi tumbuh dalam kisaran 6,5%—7%, kata Luhut, maka pemerintah harus mendorong investasi yang berorientasi pada ekspor.
Dengan demikian, pemerintah memberikan kemudahan industri garmen asal China tersebut lantaran berorientasi pada ekspor dan nilai ekspornya berpotensi mencapai US$18 miliar atau Rp295,65 triliun.
(prc/wdh)