"Mengurangi policy rate terlalu cepat bisa memicu lonjakan inflasi lagi, yang membutuhkan kenaikan bunga acuan lebih lanjut di masa depan untuk mengembalikan inflasi ke target 2% dalam jangka panjang," kata Gubernur The Fed Michelle Bowman, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Pejabat The Fed lainnya yaitu Gubernur The Fed Lisa Cook dalam forum yang berbeda menyatakan, akan menjadi hal yang tepat untuk mengurangi tingkat bunga pada satu waktu akan tetapi kapan persisnya itu dilakukan masih bergantung pada data ekonomi dan keseimbangan risiko.
Berbagai pernyataan itu menaikkan lagi pamor dolar AS yang pagi ini bergerak naik ke 105,64 setelah ditutup menguat tadi malam.
Di pasar swap, ekspektasi penurunan bunga The Fed sebesar 25 bps pada September turun jadi 59,3% pagi ini, dari tadinya hampir 62%. Begitu juga potensi penurunan kedua sebesar 25 bps pada Desember, juga turun jadi 43,9%.
Analisis Teknikal Rupiah
Secara teknikal nilai rupiah juga menunjukkan potensi pelemahan di antara area Rp16.380-Rp16.400/US$, dengan support terkuat di Rp16.450/US$.
Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp16.350/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat menguat ke level Rp16.300/US$.
Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp16.380/US$, maka masih potensi pelemahan masih terbuka. Sebaliknya, bila terjadi penguatan hingga di bawah Rp16.300/US$ dalam tren jangka menengah, maka nilai rupiah berpotensi terus menguat hingga menuju Rp16.220/US$.
(fad/wep)