Harus Adaptasi
Untuk itu, kondisi ini dapat membuat mobil Jepang —khususnya yang berbasis mesin pembakaran dalam atau internal combustion engine (ICE) dan hybrid — bisa mengalami penurunan pangsa pasar jika tidak mampu beradaptasi dengan cepat terhadap preferensi generasi milenial dan tren EV yang terus berkembang pesat.
"Produsen mobil Jepang mungkin perlu melakukan perubahan strategi bisnis yang signifikan, seperti investasi besar-besaran dalam pengembangan EV, penyesuaian harga, atau fokus pada segmen pasar tertentu di mana mereka masih memiliki keunggulan kompetitif," sambungnya.
Yannes bahkan menyarankan produsen mobil Jepang agar dapat menjalin kolaborasi dengan produsen EV China sebagai opsi untuk memanfaatkan teknologi dan keahlian mereka dalam mengembangkan teknologi EV.
"Perlu diingat, middle income market yang mendominasi penjualan mobil di Indonesia mulai bergeser ke kelompok usia milenial. Inovasi teknologi, efisiensi, harga terjangkau dan fitur canggih menjadi kunci untuk menarik konsumen muda," ujarnya.
Meskipun reputasi, jaringan luas, dan user experience (UX) yang baik tetap menjadi aset berharga, Yannes menegaskan, adaptasi terhadap kebutuhan pasar yang terus berubah adalah kunci untuk bertahan dan bersaing di era baru otomotif dalam negeri ini.
Untuk diketahui, produsen mobil Jepang terutama Toyota masih mendominasi pangsa pasar mobil secara nasional. Hal ini dibuktikan dengan kuatnya mereka menjual mobil dari dealer ke konsumen (ritel) yang mencapai 24.074 unit pada Mei 2024.
Mengutip dari data kinerja penjualan mobil di tingkat ritel berdasarkan jenama yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Toyota berhasil memasarkan total 116.621 unit mobil sepanjang Januari—Mei 2024. Pangsa pasar mobil Toyota di tingkat ritel berada di level 32,2% dari total nasional.
Penjualan ritel Toyota pada April 2024 hanya sebanyak 19.577 unit. Namun, pada Mei 2024 naik 4.497 unit menjadi 24.074 unit.
Sementara itu, di tingkat pabrik ke dealer (wholesales) total penjualan Toyota mencapai 104.338 unit sepanjang Januari—Mei 2024 dengan pangsa pasar berada di level 31,1% dari total penjualan mobil nasional.
Di sisi lain, harga bersaing dan inovasi yang agresif dari BYD membuat pabrikan mobil asal Negara Panda ini terprediksi menguasai sepertiga pasar mobil terutama mobil listrik global pada 2030.
"Langkah ini memberi produsen mobil listrik China keunggulan kompetitif dan menjadi ancaman serius bagi para pemanufaktur mobil asal Eropa," kata Direktur Lembaga pendidikan bisnis International Institute of Management and Development (IMD) Howard Yu dalam keterangan resminya belum lama ini.
Terlebih, China menurut Yu tengah gencar melakukan ekspor ke sejumlah pasar di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Langkah ini dilakukan produsen mobil listrik China untuk menyalurkan kelebihan kapasitas produksi mereka di pasar domestiknya.
(prc/wdh)