Logo Bloomberg Technoz

“Kami masih belum pada titik di mana pemangkasan kebijakan suku bunga itu adalah hal yang tepat,” kata Bowman dalam pidato yang disiapkan pada Selasa di London.

“Mengingat risiko dan ketidakpastian terkait pandangan ekonomi, saya akan tetap berhati-hati dalam pendekatan saya untuk mempertimbangkan perubahan dalam sikap kebijakan di masa depan,” tambahnya.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Bowman mengatakan, ketatnya pasar tenaga kerja yang menyebabkan pertumbuhan upah yang tinggi, perkembangan geopolitik, stimulus fiskal, dan pelonggaran kondisi keuangan adalah potensi risiko tambahan terhadap outlook inflasi.

Keyakinan konsumen AS. (Dok: Bloomberg)

“Kebijakan memangkas suku bunga acuan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan inflasi melonjak kembali, yang nantinya bakal membutuhkan kenaikan suku bunga lebih lanjut di masa depan untuk mengembalikan inflasi ke target 2% dalam jangka panjang,” katanya.

Pejabat tinggi The Fed lainnya yaitu Anggota Dewan Gubernur The Fed Lisa Cook dalam forum yang berbeda memaparkan, akan menjadi hal yang tepat untuk memangkas tingkat suku bunga pada ‘Satu Waktu’ akan tetapi kapan persisnya itu dilakukan masih bergantung pada data ekonomi dan keseimbangan risiko.

Cook menambahkan bahwa ia memperkirakan inflasi akan membaik secara bertahap tahun ini sebelum kemajuan yang lebih cepat pada tahun 2025.

"Waktu penyesuaian tersebut akan bergantung pada bagaimana data ekonomi berkembang dan apa implikasinya terhadap prospek ekonomi dan keseimbangan risiko," katanya.

Para Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat sepakat membiarkan suku bunga acuan mereka tidak berubah pada level tertinggi selama lebih dari dua dekade di awal bulan Juni. Ini merupakan level yang telah mereka pertahankan selama hampir satu tahun.

Para pembuat kebijakan mengatakan bahwa mereka perlu melihat lebih banyak data untuk meyakinkan bahwa inflasi berada di jalur yang berkelanjutan menuju target 2%.

Mengutip CME FedWatch Tools pagi ini, probabilitas Bank Sentral Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) ke 5,00–5,25% dalam rapat September terjungkal ke angka 59% jatuh dari sebelumnya yang sempat menyentuh 61,1%.

Kemudian, Federal Funds Rate diperkirakan ‘Masih’ bisa turun lagi 25 bps ke 4,75–5,00% pada rapat Desember. Peluangnya berkurang menjadi 44,3% juga melandai dari sebelumnya di angka 45,9%.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, dari sisi makro ekonomi, perhatian investor tertuju pada rilis data inflasi AS yang diukur dengan Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index pada hari Jumat ini. Inflasi inti (Core PCE Price Index) diprediksi tumbuh melambat menjadi 2,6% year-on-year pada Mei, laju paling lambat dalam lebih dari tiga tahun. 

“Jika data Core PCE Price Index ternyata keluar lebih rendah dari ekspektasi, maka akan memperkuat spekulasi bahwa pemangkasan suku bunga pertama oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve) paling cepat akan terjadi di bulan September,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Dari regional, di Jepang, Bank Sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga di Juli dan juga meluncurkan peta jalan untuk pengetatan kuantitatif, menurut sepertiga ekonom yang disurvei Bloomberg.  

"Merinci rincian pemangkasan pembelian obligasi mungkin tidak akan menjadi kendala untuk kenaikan pada Juli," Ayako Fujita, Kepala Ekonom Jepang di JPMorgan Sekuritas, menulis dalam tanggapannya terhadap survei tersebut.

"Biaya untuk menunda penyesuaian pelonggaran moneter yang berlebihan meningkat dengan munculnya risiko inflasi."

Sementara itu, prospek ekspor China mulai akan membaik, menopang pertumbuhan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini, meskipun belanja konsumen melambat, menurut survei terpisah.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,09% ke 6.882 disertai dengan munculnya volume penjualan, di perdagangan sebelumnya di Selasa.

“Saat ini, diperkirakan posisi IHSG masih rawan untuk kembali terkoreksi menguji 6.800-6.855, namun selama masih mampu berada di atas 6,698 sebagai support-nya, maka posisi IHSG saat ini diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave 1 dari wave (3) pada label hitam,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (26/6/2024).

Herditya juga memberikan catatan, waspadai, apabila IHSG kembali terkoreksi agresif dan menembus 6.639, maka IHSG akan menguji 6.450-6.562 pada label merah.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ACES, BRIS, ICBP, dan MDKA.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, tetap waspadai potensi konsolidasi lanjutan IHSG dalam rentang 6.830-6.960, terlebih IHSG ditutup di bawah pivot 6.900 pada perdagangan kemarin Selasa (25/6).

“IHSG ditutup melemah pada Selasa di level 6.882 (-0,09%). Terbentuknya pola candlestick menyerupai hanging man mengindikasikan bahwa IHSG masih rawan profit taking. Oleh karena itu, IHSG berpotensi kembali uji pivot di level 6.850 pada Rabu (26/6),” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi AKRA, MEDC, MDKA, EMTK, dan TLKM.

(fad/ain)

No more pages