Logo Bloomberg Technoz

Investor Proyek Nikel Sonic Bay Cabut, Ini Kata Anak Buah Luhut

Dovana Hasiana
26 June 2024 08:30

Logo BASF SE terpampang di spanduk di luar kantor pusat perusahaan di Ludwigshafen, Jerman, pada hari Jumat (28/2/2020). (Alex Kraus/Bloomberg)
Logo BASF SE terpampang di spanduk di luar kantor pusat perusahaan di Ludwigshafen, Jerman, pada hari Jumat (28/2/2020). (Alex Kraus/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) menilai keputusan BASF SE dan Eramet SA hengkang dari megaproyek Sonic Bay terjadi lantaran jumlah proyek smelter berbasis high pressure acid leaching (HPAL) di Indonesia yang cukup banyak.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan cukupnya jumlah smelter HPAL yang banyak di Indonesia menyebabkan pasokan bahan baku baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) berupa mixed hydroxide precipitates (MHP) lebih mudah didapatkan.

"[Mungkin mereka merasa] tidak perlu mengeluarkan belanja modal yang besar untuk bangun [smelter HPAL] sendiri [di Indonesia," ujar Seto kepada Bloomberg Technoz, dikutip Rabu (26/5/2024). 

Sekadar catatan, Asosiasi Pertambangan Indonesia atau Indonesian Mining Association (IMA) mengutip data Kementerian Koordinator Bidang Maritim pada 2023, di mana total smelter HPAL yang beroperasi di Indonesia adalah 3 unit,  sedangkan yang masih dalam tahap konstruksi 6 unit, dan perencanaan 10 unit.

Dengan demikian, total proyek smelter hidrometalurgi di Tanah Air mencapai 19 unit.

Smelter nikel PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan./Bloomberg-Dimas Ardian